KATA
PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat taufiq dan
hidayah-Nya lah penulisan makalah ini dapat disesuaikan.
Saya selaku penulis sadar bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu, penulis selalu mengharapkan kritik dan saran dari
Anda demi perbaikan selanjutnya.
Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya kegiatan ini untuk memenuhi
tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia, terutama kepada Ibu Mira Kusumasari,
S.Pd. selaku guru dan pembimbing kami.
Terlepas dari semua kekurangan penulisan makalah ini, baik dalam susunan
dan penulisannya yang salah, penulis memohon maaf dan berharap semoga penulisan
makalah ini bermanfaat khususnya kepada saya selaku penulis dan umumnya kepada
pembaca yang budiman.
Akhirnya, semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
siapa saja yang mencintai pendidikan. Amin Ya Robbal Alamin.
Sidoarjo,
.......….......…......... 2008
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL................................................................................................. i
HALAMAN
PENGESAHAN................................................................................... ii
MOTTO.................................................................................................................. iii
KATA
PENGANTAR............................................................................................. iv
DAFTAR
ISI............................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A.
Latar Belakang ............................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
A.
Pengertian Tanah Longsor............................................................... 3
B.
Jenis-jenis Tanah Longsor............................................................... 3
C.
Gejala Umum Tanah Longsor......................................................... 5
D.
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Tanah
Longsor........................ 6
E.
Wilayah Rawan Tanah Longsor.................................................... 10
F.
Tahapan Mitigasi Bencana Tanah Longsor.................................... 11
G.
Tindakan Yang Bisa Dilakukan Selama dan
Sesudah
Tanah Longsor.............................................................................. 12
Tanah Longsor.............................................................................. 12
BAB III PENUTUP........................................................................................... 14
A.
Kesimpulan................................................................................... 14
B.
Saran............................................................................................. 14
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia
yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak
saling menumbuk. Akibat tumbukan antara lempeng itu maka terbentuk daerah
penunjaman memanjang di sebelah Barat Pulau Sumatera, sebelah Selatan Pulau
Jawa hingga ke Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah Utara Kepulauan
Maluku, dan sebelah Utara Papua. Konsekuensi lain dari tumbukan itu maka
terbentuk palung samudera, lipatan, punggungan dan patahan di busur kepulauan,
sebaran gunung api, dan sebaran sumber gempa bumi. Gunung api yang ada di
Indonesia berjumlah 129. Angka itu merupakan 13% dari jumlah gunung api aktif
dunia. Dengan demikian Indonesia rawan terhadap bencana letusan gunung api dan
gempa bumi. Di beberapa pantai, dengan bentuk pantai sedang hingga curam, jika
terjadi gempa bumi dengan sumber berada di dasar laut atau samudera dapat
menimbulkan gelombang Tsunami.
Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di
Indonesia adalah hasil letusan gunung api. Tanah ini memiliki komposisi
sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah pelapukan
yang berada di atas batuan kedap air pada perbukitan/punggungan dengan
kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada
musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika perbukitan tersebut
tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan
bencana tanah longsor.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas maka kami
merumuskan masalah yang perlu ditanggulangi sebagai berikut :
1)
Faktor apa saja yang menyebabkan bencana
tanah longsor ?
2)
Bagaimana upaya yang bisa dilakukan untuk
menghindari terjadinya bencana tanah longsor ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tanah Longsor
Tanah longsor atau dalam bahasa Inggris disebut Landslide,
adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan,
tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang
meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus
sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah
menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan
keluar lereng.
B.
Jenis-jenis Tanah Longsor
Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi,
longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran
bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di
Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa manusia
adalah aliran bahan rombakan.
1.
Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah
dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
2.
Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan
batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.
3.
Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak
pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran
translasi blok batu.
4.
Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan
atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi
pada lereng yang terjal hingga meng-gantung terutama di daerah pantai.
Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.
5.
Rayapan Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak
lambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini
hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis
rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke
bawah.
6.
Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah
bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng,
volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang
lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai
ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunung api. Aliran
tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.
C.
Gejala Umum Tanah Longsor
Gejala-gejala umum yang biasanya timbul sebelum
terjadinya bencana tanah longsor adalah :
Ø
Munculnya retakan-retakan di lereng yang
sejajar dengan arah tebing.
Ø
Biasanya terjadi setelah hujan.
Ø
Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
Ø
Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
D.
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Tanah
Longsor
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya
pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya
dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong
dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.
1.
Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena
meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan
terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu
mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan
merekahnya tanah permukaan.
Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan
cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi
biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam
waktu singkat.
Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui
tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng,
sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah
longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga
akan berfungsi mengikat tanah.
2.
Lereng terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng
yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan
angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila
ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
3.
Tanah yang kurang padat dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan
ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini
memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan.
Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi
lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.
4.
Batuan yang kurang kuat
Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran
antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan
mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap
tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.
5.
Jenis tata lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan,
dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya
kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan
jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah
perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang
longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.
6.
Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran
mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah
tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.
7.
Susut muka air danau atau bendungan
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng
menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran dan
penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
8.
Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan
akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar
tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan
tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah.
9.
Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu
akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi
terjal.
10. Adanya
material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan
pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut
belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga
apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan
tanah.
11. Bekas
longsoran lama
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan
material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat atau sesudah
terjadi patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama memilki ciri :
Ø
Adanya tebing terjal yang panjang
melengkung membentuk tapal kuda.
Ø
Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang
relatif tebal karena tanahnya gembur dan subur.
Ø
Daerah badan longsor bagian atas umumnya
relatif landai.
Ø
Dijumpai longsoran kecil terutama pada
tebing lembah.
Ø
Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang
merupakan bekas longsoran kecil pada longsoran lama.
Ø
Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya
dijumpai retakan dan longsoran kecil.
Ø
Longsoran lama ini cukup luas.
12. Adanya
bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung)
Bidang tidak sinambung ini memiliki ciri:
Ø
Bidang perlapisan batuan
Ø
Bidang kontak antara tanah penutup dengan
batuan dasar
Ø
Bidang kontak antara batuan yang
retak-retak dengan batuan yang kuat.
Ø
Bidang kontak antara batuan yang dapat
melewatkan air dengan batuan yang tidak melewatkan air (kedap air).
Ø
Bidang kontak antara tanah yang lembek
dengan tanah yang padat.
Ø
Bidang-bidang tersebut merupakan bidang
lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran tanah longsor.
13. Penggundulan
hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana
pengikatan air tanah sangat kurang.
14. Daerah
pembuangan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan
sampah dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah
dengan guyuran hujan, seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih
meninggal.
E.
Wilayah Rawan Tanah Longsor
Setidaknya terdapat 918 lokasi rawan longsor di
Indonesia. Setiap tahunnya kerugian yang ditanggung akibat bencana tanah
longsor sekitar Rp 800 miliar, sedangkan jiwa yang terancam sekitar 1 juta.
Daerah yang memiliki rawan longsor :
Ø
Jawa Tengah 327 Lokasi
Ø
Jawa Barat 276 Lokasi
Ø
Sumatera Barat 100 Lokasi
Ø
Sumatera Utara 53 Lokasi
Ø
Yogyakarta 30 Lokasi
Ø
Kalimantan Barat 23 Lokasi
Ø
Sisanya tersebar di NTT, Riau, Kalimantan
Timur, Bali, dan Jawa Timur.
DAFTAR KEJADIAN DAN KORBAN BENCANA TANAH LONGSOR 2003-2005
No.
|
Propinsi
|
Jumlah
Kejadian |
Korban Jiwa
|
RH
|
RR
|
RT
|
LPR
(ha) |
JL
(m) |
|
MD
|
LL
|
||||||||
1.
|
Jawa Barat
|
77
|
166
|
108
|
198
|
1751
|
2290
|
140
|
705
|
2.
|
Jawa Tenah
|
15
|
17
|
9
|
31
|
22
|
200
|
1
|
75
|
3.
|
Jawa Timur
|
1
|
3
|
-
|
-
|
27
|
-
|
70
|
-
|
4.
|
Sumatera Barat
|
5
|
63
|
25
|
16
|
14
|
-
|
540
|
60
|
5.
|
Sumatera Utara
|
3
|
126
|
-
|
1
|
40
|
8
|
-
|
80
|
6.
|
Sulawesi Selatan
|
1
|
33
|
2
|
10
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7.
|
Papua
|
1
|
3
|
5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
103
|
411
|
149
|
256
|
1854
|
2498
|
751
|
920
|
Keterangan :
MD : Meninggal dunia
ML : Luka - luka
RR : Rumah rusak
RH : Rumah hancur
RT : Rumah terancam
BLR : Bangunan lainnya rusak
BLH : Bangunan lainnya hancur
LPR : Lahan petanian rusak ( dalam
hektar)
JL : Jalan terputus
Tampak bahwa
kejadian bencana dan jumlah korban bencana tanah longsor di Propinsi Jawa Barat
lebih besar dibandingkan dengan propinsi lainnya. Hal demikian disebabkan oleh
faktor geologi, morfologi, curah hujan, dan jumlah penduduk serta kegiatannya.
F.
Tahapan Mitigasi Bencana Tanah
Longsor
Ø
Pemetaan
Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi
di suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah
kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan
wilayah agar terhindar dari bencana.
Ø
Penyelidikan
Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat
digunakan dalam perencanaan penanggulangan bencana dan rencana pengembangan
wilayah.
Ø
Pemeriksaan
Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga
dapat diketahui penyebab dan cara penanggulangannya.
Ø
Pemantauan
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara
ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan
masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
Ø
Sosialisasi
Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau
Masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang
ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara antara lain,
mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada
masyarakat dan aparat pemerintah
Ø
Pemeriksaan bencana longsor
Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi bencana dan
tata cara penanggulangan bencana di suatu daerah yang terlanda bencana tanah
longsor.
G.
Tindakan Yang Bisa Dilakukan Selama dan
Sesudah Tanah Longsor
1.
Tanggap Darurat
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan
pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan, antara lain:
Ø
Kondisi medan
Ø
Kondisi bencana
Ø
Peralatan
Ø
Informasi bencana
2.
Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi,
dan sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan
teknik pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan
relokasi korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.
3.
Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak
menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah
longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur
tanah longsor hampir 100%.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk
lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut,
bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor adalah
air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut
menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka
tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti
lereng dan keluar lereng.
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia
yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak
saling menumbuk. Konsekuensi dari tumbukan itu maka terbentuk palung samudera,
lipatan, punggungan dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api, dan
sebaran sumber gempa bumi.
B.
Saran
Ada beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang
bisa ditambah untuk tempat-tempat hunian, antara lain:
Ø
Perbaikan drainase tanah (menambah
materi-materi yang bisa menyerap).
Ø
Modifikasi lereng (pengurangan sudut
lereng sebelum pembangunan).
Ø
Vegetasi kembali lereng-lereng.
Ø
Beton-beton yang menahan tembok mungkin
bisa menstabilkan lokasi hunian.
Selain itu ada hal-hal yang harus diketahui untuk
menghindari bencana tanah longsor adalah :
Ø
Jangan mencetak sawah dan membuat kolam
pada lereng bagian atas di dekat pemukiman
Ø
Buatlah terasering (sengkedan) [ada lereng
yang terjal bila membangun permukiman
Ø
Segera menutup retakan tanah dan
dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah melalui retakan
Ø
Jangan melakukan penggalian di bawah
lereng terjal
Ø
Jangan menebang pohon di lereng
Ø
Jangan mendirikan permukiman di tepi
lereng yang terjal
Ø
Jangan mendirikan bangunan di bawah tebing
yang terjal
Ø
Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak
Ø
Jangan mendirikan rumah di tepi sungai
yang rawan erosi
DAFTAR
PUSTAKA
1. Wikipedia. 2007. Tanah Longsor.
http://id.wikipedia.org/wiki/tanah_longsor. diakses Maret 2008.
2. Bachri, Moch. 2006. Geologi Lingkungan. Malang : CV.
Aksara.
3. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2005. Pengenalan
Gerakan Tanah. Jakarta : Mancamedia.
0 komentar:
Posting Komentar