Kliping
Teater
Tradisional
Disusun oleh:
RONI FRANSISKA
KELAS XI.IPS.3
SMA NEGERI 1 PANGANDARAN
Jl.Raya
Babakan No.129 Telpon (0265)639355
Pangandaran
46396
Teater
Tradisional
Teater Tradisional adalah bentuk pertunjukan yang
pesertanya dari daerah setempat karena terkondisi dengan adat istiadat, sosial
masyarakat dan struktur geografis masing-masing daerah
Indonesia kaya akan seni Seni merupakan unsur kebudayaan
yang tumbuh dan berkembang sejajar perkembangan manusia sebagai pencipta dan
penikmat karya seni. Karya seni dapat
dilihat dari bentuk pakaian dan rias, jenis makanan dan hidangan, jenis-jenis
pertunjukan, berbagai upacara adat dan prosesinya, dan lain-lain, Salah satunya
adalah sebi pertunjukan yaitu bentuk teater. Seni Teater adalah seni yang
kompleks, artinya dapat bekerjasama dengan cabang seni lainnya. Di Indonesia
mempunyai dua teater, diataranya adalah
1. Ketoprak
Ketoprak (bahasa Jawa: kethoprak) adalah sejenis seni
pentas yang berasal dari Jawa. Dalam sebuah pentasan ketoprak, sandiwara yang
diselingi dengan lagu-lagu Jawa, yang diiringi dengan gamelan disajikan.
Tema cerita dalam sebuah pertunjukan ketoprak
bermacam-macam. Biasanya diambil dari cerita legenda atau sejarah Jawa. Banyak
pula diambil cerita dari luar negeri. Tetapi tema cerita tidak pernah diambil
dari repertoar cerita epos (wiracarita): Ramayana dan Mahabharata. Sebab nanti
pertunjukkan bukan ketoprak lagi melainkan menjadi pertunjukan wayang orang.
2. Ludruk
Ludruk adalah kesenian drama tradisional dari Jawa Timur.
Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup
kesenian yang di gelarkan disebuah panggung dengan mengambil cerita tentang
kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain sebagainya yang
diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik.
Dialog/monolog dalam ludruk bersifat menghibur dan
membuat penontonnya tertawa, menggunakan bahasa khas Surabaya, meski
kadang-kadang ada bintang tamu dari daerah lain seperti Jombang, Malang,
Madura, Madiun dengan logat yang berbeda. Bahasa lugas yang digunakan pada
ludruk, membuat dia mudah diserap oleh kalangan non intelek (tukang becak,
peronda, sopir angkutan umum, etc).
Sebuah pementasan ludruk biasa dimulai dengan Tari Remo
dan diselingi dengan pementasan seorang tokoh yang memerakan "Pak
Sakera", seorang jagoan Madura.
Kartolo adalah seorang pelawak ludruk legendaris asal
Surabaya, Jawa Timur. Ia sudah lebih dari 40 tahun hidup dalam dunia seni
ludruk. Nama Kartolo dan suaranya yang khas, dengan banyolan yang lugu dan
cerdas, dikenal hampir di seluruh Jawa Timur, bahkan hingga Jawa Tengah.
Ludruk berbeda dengan ketoprak dari Jawa Tengah. Cerita
ketoprak sering diambil dari kisah zaman dulu (sejarah maupun dongeng), dan
bersifat menyampaikan pesan tertentu. Sementara ludruk menceritakan cerita
hidup sehari-hari (biasanya) kalangan wong cilik.
3. Lenong
Lenong adalah teater tradisional Betawi. Kesenian
tradisional ini diiringi musik gambang kromong dengan alat-alat musik seperti
gambang, kromong, gong, kendang, kempor, suling, dan kecrekan, serta alat musik
unsur Tionghoa seperti tehyan, kongahyang, dan sukong. Lakon atau skenario
lenong umumnya mengandung pesan moral, yaitu menolong yang lemah, membenci
kerakusan dan perbuatan tercela. Bahasa yang digunakan dalam lenong adalah
bahasa Melayu (atau kini bahasa Indonesia) dialek Betawi
4. Randai
Randai dalam sejarah Minangkabau memiliki sejarah yang
lumayan panjang. Konon kabarnya ia sempat dimainkan oleh masyarakat Pariangan,
Tanah Datar ketika mesyarakat tersebut berhasil menangkap rusa yang keluar dari
laut. Randai dalam masyarakat Minangkabau adalah suatu kesenian yang dimainkan
oleh beberapa orang dalam artian berkelompok atau beregu, dimana dalam randai
ini ada cerita yang dibawakan, seperti cerita Cindua Mato, Malin Deman, Anggun
Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya. Randai ini bertujuan untuk menghibur
masyarakat biasanya diadakan pada saat pesta rakyat atau pada hari raya Idul
Fitri.
Randai ini dimainkan oleh pemeran utama yang akan
bertugas menyampaikan cerita, pemeran utama ini bisa berjumlah satu orang, dua
orang, tiga orang atau lebih tergantung dari cerita yang dibawakan, dan dalam
membawakan atau memerankannya pemeran utama dilingkari oleh anggota-anggota
lain yang bertujuan untuk menyemarakkan berlansungnya acara tersebut.
Sekarang randai ini merupakan sesuatu yang asing bagi
pemuda-pemudi Minangkabau, hal ini dikarenakan bergesernya orientasi kesenian
atau kegemaran dari generasi tersebut. Randai terdapat di pasisie (pesisir) dan
daerah darek (daratan).
Pada awalnya Randai adalah media untuk menyampaikan kaba
atau cerita rakyat melalui gurindam atau syair yang didendangkan dan galombang
(tari) yang bersumber dari gerakan-gerakan silat Minangkabau. Namun dalam
perkembangannya, Randai mengadopsi gaya penokohan dan dialog dalam
sandiwara-sandiwara, seperti kelompok Dardanela.
Randai pada awalnya adalah media untuk menyampaikan
cerita-cerita rakyat, dan kurang tepat jika Randai disebut sebagai teater
tradisi Minangkabau, walaupun dalam perkembangannya Randai mengadopsi gaya
bercerita atau dialog teater atau sandiwara.
Download
0 komentar:
Posting Komentar