MEKANISME PERUBAHAN WARNA PADA BUNGLON
Tujuan Dari Museum Biologi Ugm Yogyakarta
Karya tulis
Diajukan untuk
memenuhi syarat mengikuti ujian akhir nasional
Tahun ajaran
2011/2012
Pada SMA NEGERI 1
PANGANDARAN
Oleh:
1. Gilang
2. Lukman Hakim
3. Noni Monika
4. Nurul Amri
PEMERINTAH KABUPATEN
CIAMIS
DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS
NEGERI 1 PANGANDARAN
Jalan Raya Babakan No.129 Telepon: (0265) 639357
Pangandaran 2011
Daftar isi
Lembar Pengesahan........................................................................................................................
Kata Pengantar..................................................................................................................................
Daftar Isi................................................................................................................................................
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................
1.2 Alasan Pemilihan
Judul......................................................................................................
1.3 Rumusan Masalah................................................................................................................
1.4 Metode Dan Teknik
Penulisan........................................................................................
1.5 Sistematika Penulisan........................................................................................................
Bab II
Tinjauan Teoritis
2.1 Mengenal Habitat
Hewan Bunglon
Bab III
Pembahasan
3.1
3.2
3.3
Tujuan Dari
Museum Biologi UGM Yogyakarta
Karya Tulis
Oleh:
1. Gilang
2. Lukman Hakim
3. Noni Monika
4. Nurul Amri
Disetujui Oleh:
Pada tanggal
Wali kelas Pembimbing
|
|
_____________________ _____________________
Mengetahui
kepala SMAN 1
Pangandaran
|
Drs.H.Iho Yulianto
Bunglon atau londok (bahasa Sunda) adalah sejenis reptil yang
termasuk ke dalam suku (familia) Agamidae. Kadal lain yang masih sesuku adalah
cecak terbang (Draco spp.) dan soa-soa (Hydrosaurus spp.).
Bunglon
meliputi beberapa marga, seperti Bronchocela, Calotes, Gonocephalus,
Pseudocalotes dan lain-lain. Bunglon bisa mengubah-ubah warna kulitnya,
meskipun tidak sehebat perubahan warna chamaeleon (suku Chamaeleonidae).
Biasanya berubah dari warna-warna cerah (hijau, kuning, atau abu-abu terang)
menjadi warna yang lebih gelap, kecoklatan atau kehitaman.
Bunglon Surai
Bunglon
surai memiliki nama ilmiah Bronchocela jubata Duméril & Bibron, 1837. Dalam
bahasa lain, dikenal dengan nama bunglon (Jkt., Jw.), londok atau lunduk (Sd.),
atau green crested lizards (Ingg.). Nama lainnya dalam bahasa Inggris cukup
menyesatkan: bloodsuckers, karena pada kenyataannya kadal ini tidak pernah
menghisap darah.
Bunglon
ini menyebar di pulau-pulau Jawa, Borneo, Bali, Singkep, Sulawesi, Karakelang,
kepulauan Salibabu, dan Filipina.
Deskripsi tubuh
Bunglon
kebun yang berukuran sedang, berekor panjang menjuntai. Panjang total hingga
550 mm, dan empat-perlimanya adalah ekor. Gerigi di tengkuk dan punggungnya
lebih menyerupai surai ("jubata" artinya bersurai) daripada bentuk
mahkota, tidak seperti kerabat dekatnya B. cristatella (crista: jambul,
mahkota). Gerigi ini terdiri dari banyak sisik yang pipih panjang meruncing
namun lunak serupa kulit.
Kepalanya
bersegi-segi dan bersudut. Dagu dengan kantung lebar, bertulang lunak. Mata
dikelilingi pelupuk yang cukup lebar, lentur, tersusun dari sisik-sisik berupa
bintik-bintik halus yang indah.
Dorsal
(sisi atas tubuh) berwarna hijau muda sampai hijau tua, yang bisa berubah
menjadi coklat sampai kehitaman bila merasa terganggu. Sebuah bercak coklat
kemerahan serupa karat terdapat di belakang mulut di bawah timpanum. Deretan
bercak serupa itu, yang seringkali menyatu menjadi coretan-coretan, terdapat di
bahu dan di sisi lateral bagian depan; semakin ke belakang semakin kabur
warnanya.
Sisi
ventral (sisi bawah tubuh) kekuningan sampai keputihan di dagu, leher, perut
dan sisi bawah kaki. Telapak tangan dan kaki coklat kekuningan. Ekor di pangkal
berwarna hijau belang-belang kebiruan, ke belakang makin kecoklatan kusam
dengan belang-belang keputihan di ujungnya.
Sisik-sisik
bunglon surai keras, kasar, berlunas kuat; ekornya terasa bersegi-segi.
Perkecualiannya adalah sisik-sisik jambul, yang tidak berlunas dan agak lunak
serupa kulit.
Kebiasaan
Anak
bunglon surai di semak hias
Bunglon
yang kerap ditemukan di semak, perdu dan pohon-pohon peneduh di kebun dan
pekarangan. Sering pula didapati terjatuh dari pohon atau perdu ketika mengejar
mangsanya, namun dengan segera berlari menuju pohon terdekat.
Reptil
ini memangsa berbagai macam serangga yang dijumpainya: kupu-kupu, ngengat,
capung, lalat dan lain-lain. Untuk menipu mangsanya, bunglon ini kerap berdiam
diri di pucuk pepohonan atau bergoyang-goyang pelan seolah tertiup angin.
Sering juga bunglon surai terlihat meniti kabel listrik dekat rumah, untuk
menyeberang dari satu tempat ke tempat lain.
Bunglon
surai bertelur di tanah yang gembur, berpasir atau berserasah. Seperti umumnya
anggota suku Agamidae, induk bunglon menggali tanah dengan mempergunakan
moncongnya. Kulit telurnya berwarna putih, lentur agak liat serupa perkamen.
Sebuah
pengamatan yang dilakukan di hutan Situgede, Bogor mencatat bahwa telur bunglon
surai dipendam di tanah berpasir di bawah lapisan serasah, persisnya di bawah
semak-semak di bagian hutan yang agak terbuka. Telur sebanyak dua buah, lonjong
panjang lk. 7×40 mm, diletakkan berjajar dan ditimbun tanah tipis. Di Gunung
Walat, Sukabumi, didapati telur yang diletakkan di lapisan humus yang halus di
tengah-tengah jalan setapak.
Keistimewaan
Di saat
Bunglon merasa terancam , Ia akan mengubah warna kulitnya menjadi serupa dengan
warna lingkungan sekitarnya, sehingga keberadaannya tersamarkan. Fungsi
penyamaran demikian disebut kamuflase. Hal ini berbeda dengan
"mimikri", yakni penyamaran bentuk atau warna hewan yang menyerupai
makhluk hidup lain.
0 komentar:
Posting Komentar