Gunung Merapi
Meletus pada hari Selasa kemarin
tepatnya tanggal 25 Oktober 2010 pukul 17.00 wib dan dengan peristiwa
meletusnya gunung merapi ini tercatat ada belasan korban yang telah berhil di
evakusai ke rumah sakit, berikut ini detik-detik gunung yang masuk dalam salah
satu gunung berapi paling aktif di dunia ini melakukan aktivitas vulkaniknya
Setelah beberapa hari aktifitas vulkanik G. Merapi terus mengalami peningkatan secara signtfikan baik jumlah maupun energi gempabumi vulkanik, Selasa (26/10) sore G. Merapi memasuki fase erupsi. Berikut dibawah ini kronologis letusan G. Merapi yang terjadi Selasa sore hingga menjelang malam.
Kronologi dikutip dari Letusan Gunung Merapi Tanggal 26 Oktober 2010 yang dikeluarkan oleh a.n Kepala Badan Geologi, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Gunung Merapi merupakan gunungapi tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter dari permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi 7° 325' Lintang Selatan dan 110° 26.5' Bujur Timur. secara administratif terletak pada 4 wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyalali dan Kabupaten Klaten. Status kegiatan G. Merapi ditingkatkan dari Normal manjadi Waspada pada tanggal 20 September 2010, ditingkatkan menjadi Siaga pada 21 Oktober 2010 dan menjadi Awas, terhitung sejak 25 Oktober 2010
Semenjak Gunung merapi meletus tersebut sudah belasan orang dipastikan meninggal dunia dan telah di bawa ke rumah sakit terdekat,
BANJIR
PANDEGLANG,
KOMPAS.com — Sebanyak 83
bangunan sekolah di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, terendam banjir
dengan ketinggian bervariasi, mulai 20 sentimeter hingga 1,5 meter. Sekretaris
Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang Nurhasan di Pandeglang, Jumat
(11/1/2013), menjelaskan, sekolah yang terendam banjir tersebut tersebar di
sembilan kecamatan di wilayah selatan.
"Dari
jumlah tersebut, yang paling banyak bangunan sekolah dasar (SD), yakni 61 unit,
kemudian taman kanak-kanak (TK) sembilan unit, sekolah menengah pertama (SMP)
delapan unit," katanya. Selanjutnya, kata dia, sekolah menengah kejuruan
(SMK) tiga unit, madrasah aliyah (MA) satu unit, dan sekolah menengah atas
(SMA) satu unit.
Dari
seluruh sekolah yang terendam banjir, kata dia, yang paling parah terjadi di
SMA Sobang, yakni di atas 1 meter, sehingga kegiatan belajar-mengajar
diliburkan. Menurut dia, banjir selain merendam bangunan juga sarana dan
prasarana yang ada di sekolah, seperti buku pelajaran dan alat peraga. "Banyak
buku dan alat peraga terendam karena tidak sempat diselamatkan oleh pihak
sekolah sebab datangnya banjir pada malam hari," katanya.
Sebagai
contoh, kata dia, buku pelajaran dan alat peraga di SMA Sobang pada siang hari
telah dipindahkan ke atas meja. Saat itu ketinggian air hanya 80 sentimeter. "Pada
malam hari air naik, lebih dari satu meter, sehingga seluruh buku pelajaran dan
alat beraga terendam air. Pihak sekolah tidak bisa menyelematkannya karena
selain hujan deras juga gelap," ujarnya.
Nurhasan
juga menyatakan tidak membuat kebijakan untuk meliburkan kegiatan-belajar
mengajar di wilayah selatan secara keseluruhan, tetapi hanya berdasarkan
kondisi."Kalau sekolah yang terendam air 35 sentimer ke atas, kami
perintahkan agar siswa belajar di rumah, tapi kalau di bawah itu masih bisa di
sekolah, tetapi harus tetap waspada," katanya.
TSUNAMI
TRIBUNNEWS.COM, PANGANDARAN - Senin (17/7/2006) pukul 15.16
lima tahun lalu, ombak besar tinggi menggulung menghantam 57 km garis pantai
Ciamis Selatan usai gempa 6,8 SR menguncang. Berbagai kampung sisi pantai di
enam kecamatan di sisi laut kidul Ciamis tersebut porak poranda disapu tsunami.
432 warga meninggal dan 32 orang lain dinyatakan hilang,
Ribuan rumah warga rusak, puluh ribu jiwa penduduk terpaksa tinggal
dipengungsian sampai berbulan-bulan.
Pantai Pangandaran merupakan daerah yang paling parah
dihantam tsunami yang datang tanpa peringatan tersebut. Korban jiwa paling
banyak di ditemukan di kawasan wisata favorit di Jawa Barat tersebut.
Tak hanya rumah, sejumlah hotel, restoran porak poranda
bahkan ratusan perahu nelayan hancur. Termasuk ratusan kios PKL yang waktu itu
disebut “tenda biru” disabu amuk tsunami. Bencana dahsyat itu kemudian popular
disebut dengan tsunami Pangandaran.
GEMPA BUMI
Yogyakarta, Kompas - Gempa berkekuatan 5,9
skala Richter mengguncang DI Yogyakarta dan sekitarnya, Sabtu (27/5) pukul
05.53. Sampai pukul 00.15, tercatat 3.098 korban tewas dan 2.971 orang di
antaranya berasal dari Kabupaten Bantul. Gempa juga meluluhlantakkan 3.824
bangunan, infrastruktur, dan memutuskan jaringan telekomunikasi di Yogyakarta
dan Bantul.
Gempa di Yogyakarta ini merupakan bencana alam terbesar kedua setelah tsunami tahun 2004. Gelombang tsunami menyapu Provinsi Aceh dan Sumatera Utara, Desember 2004, dan menewaskan sekitar 170.000 orang. Bulan Maret 2005, gempa mengguncang Nias dan menewaskan sekitar 1.000 orang.
Tak hanya di Bantul, korban tewas juga berasal dari berbagai wilayah di DIY, seperti Kota Yogyakarta, Sleman, Kulon Progo, dan Gunung Kidul. Bahkan, korban tewas juga dari wilayah Jawa Tengah, seperti Klaten dan Boyolali.
Korban tewas pada umumnya karena tertimpa bangunan yang roboh, sementara korban luka-luka juga banyak terjadi karena kepanikan yang luar biasa. Mereka panik karena ada isu tsunami, lalu lintas jalan raya menjadi kacau, dan banyak tabrakan yang mengakibatkan warga terluka.
Semua rumah sakit pemerintah dan swasta penuh dengan korban gempa, baik luka ringan, parah, maupun meninggal. Rumah sakit itu umumnya tak sanggup lagi menampung korban sehingga pasien dirawat di halaman. Korban tewas banyak yang langsung dimakamkan keluarganya dengan sederhana karena banyak masyarakat yang tak lagi berada di rumah mereka.
Gempa di Yogyakarta ini merupakan bencana alam terbesar kedua setelah tsunami tahun 2004. Gelombang tsunami menyapu Provinsi Aceh dan Sumatera Utara, Desember 2004, dan menewaskan sekitar 170.000 orang. Bulan Maret 2005, gempa mengguncang Nias dan menewaskan sekitar 1.000 orang.
Tak hanya di Bantul, korban tewas juga berasal dari berbagai wilayah di DIY, seperti Kota Yogyakarta, Sleman, Kulon Progo, dan Gunung Kidul. Bahkan, korban tewas juga dari wilayah Jawa Tengah, seperti Klaten dan Boyolali.
Korban tewas pada umumnya karena tertimpa bangunan yang roboh, sementara korban luka-luka juga banyak terjadi karena kepanikan yang luar biasa. Mereka panik karena ada isu tsunami, lalu lintas jalan raya menjadi kacau, dan banyak tabrakan yang mengakibatkan warga terluka.
Semua rumah sakit pemerintah dan swasta penuh dengan korban gempa, baik luka ringan, parah, maupun meninggal. Rumah sakit itu umumnya tak sanggup lagi menampung korban sehingga pasien dirawat di halaman. Korban tewas banyak yang langsung dimakamkan keluarganya dengan sederhana karena banyak masyarakat yang tak lagi berada di rumah mereka.
0 komentar:
Posting Komentar