HADIAH RATU LUMBA-LUMBA
Alkisah hidup
seorang nelayan bersama dua orang anaknya. Anak pertama bernama Yusa dan anak
kedua bernama Yusman. Keduanya telah menikah dan mempunyai seorang anak . karna
usia yang sudah terlalu tua dan sakit-sakitan, akhirnya nelayan tua itupun
meninggal sebelum meninggal ia berpesan kepada kedua anaknya, agar mereka tetap
tinggal serumah.
Yusa dan istrinya
adalah orang-orang pemalas dan suka memerintah seenaknya kepada keluarga Yusman.
Mereka tidak mau pergi untuk mencari ikan ke laut, memasak dan membersihkan
rumah. Semua perkerjaan itu dibebankan kepada Yusman dan keluarganya. Tapi,
lama kelamaan keluarga Yusa semkin menjadi-jadi karena merasa dirinya dalah
anak tertua yang harus di hormati. Akhirnya keluarga Yusman tidak menerima atas
perlakuan keluarga Yusa, yang semena-mena memerintah terhadap keluarganya. Dan
merekapun bertengkar hebat. Lalu istri Yusa mengusir Yusman dan keluarganya.
Keluarga Yusmanpun
pergi meninggalkan rumah dan membangun gubuk kecil di pinggiran pantai. Dia dan
keluarga bekerja keras menangkap ikan di laut dan menjualnya ke pasar.
Pada pagi hari,
disaat anak Yusman yang bernama Husna pinggir pantai tanpa sengaja ia melihat
seekor bayi lumba-lumba yang terdampar. Husnapun menghampiri lumba-lumba itu
dan dia berusaha untuk mengembalikan lumba-lumba itu ke laut. Tetapi husna
melihat ekornya terluka parahakhirnya husna membawa pulang lumba-lumba itu ke
gubuknya, dan mengobati ekor lumba-lumba yang terluka itu. Setelah itu
disimpanlah lumba-lumba itu di bak mandi yang cukup luas.
Ayah husna pun
bertanya. “Husna darimana bayi lumba-lumba itu?”
‘bayi lumba-lumba
itu Husna temukan di pinggir pantai dan terluka parah” ujar Husna
“yah, bolehkah
Husna merawatnya sampai ekornya sembuh?” Tanya Husna
“boleh” jawab
Yusman.
Setiap hari
lumba-lumba itu diajak bermain dan husnapun sangat menyayangi lumba-lumba itu.
Beberapa hari
kemudian lumba-lumba itu sembuh. Pada malam hari saat yusman dan keluarganya
tertidur lelap, bayi lumba-lumba mengeluarkan suara.
“cit…cit…cit…cit…”
yang sangat keras, sehingga membangunkan keluarga yusman, mereka segera
menghampiri bayi lumba-lumba tersebut.
Husna berkata
“mengapa kamu berisik?
Apakah kamu ingin
pulang dan bertemu keluarga kamu lagi?
(sambil memegang
kepala lumba-lumba).
“Mungkin saja karena si
lumba-lumba sudah lama meninggalkan rumahnya” jawab ayah
“Ya sudah besok kita
kembalikan lumba-lumba ini ke laut” usulnya.
Pada pagi hari Yusman dan
Husna pergi ke pantai untuk mengembalikan bayi lumba-lumba ke lautan.
Lumba-lumbapun
pergi meninggalkan husna dan keluarganya lalu lumba-lumba bertemu dengan ibunya
si Ratu lumba-lumba.
“Apa yang terjadi
padamu? Mengapa beberapa hari ini kamu tidak pulang? Kau telah membuatku cemas,
Tanya sang Ratu.
“oh Ibu Ratu”
jawab bayi lumba-lumba bertemu dengan ibunya si Ratu lumba-lumba. “pada saat
Saya bermain, Saya terseret ombak yang besar hingga saya terseret ke daratan.
Sewaktu Saya berusaha kembali ke laut, ekor Saya tersangkut di ranting-ranting
hingga terluka dan tidak bias berenang. Untung saja ada keluarga nelayan yang
baik hati, mereka merawat dan memelihara Saya sampai sembuh.
Setelah mendengar
penuturan bayi lumba-lumba, ratu lumba-lumba mengeluarkan sebuah kantung yang
berisi biji-bijian berwarna putih.
Sewaktu Yusman
sedang menjaring ikan ratu lumba-lumba mennghampiri Yusman dan memberikannya
kantung itu. Yusman pun mengambil kantung itu dari mulut ratu lumba-lumba.
Setelah itu Yusman bergegas untuk pulang setelah sampai dirumah, Yusman
bercerita kepada anak istrinya bahwa ia di beri biji-bijian berwarna putih dari
seekor lumba-lumba. Keluarga Yusman pun bingung, harus di apakan biji-bijian
itu?.
Karena capek dan
sudah larut malam Yusman pun beristirahat. Pada malam itu Yusman bermimpi
bertemu dengan ratu lumba-lumba dia berkata “tanam biji itu” serentak Yusman
kaget dan bangun dari tidurnya. Ia pun langsung menanam biji itu di belakang
rumahnya.
Setelah Yusman
menanam biji itu ia langsung mengajak keluarganya untuk menjual ikan hasil
tangkapan semalam ke pasar, setelah pulang dari pasar mereka melihat buah
semangka yang banyak dan besar-besar di belakang rumahnya.
Terkejut Yusman
dan mengambil sebuah semangka yang kemudian ia belah.
“Emas …….oh
emas.!!!” Teriak istri Yusman yang terkejut melihat isi semangka itu.
“Emas …….oh emas.!!!” Teriak Yusman dan husna
kegirangan.
Yusman dan
keluarganya bersyukur karena mendapatkan anugrah dari Alloh SWT. Yang tiada
kiranya. Sebentar saja mereka menjadi sangat kaya. Sifat baik dan suka menolong
membuat keluarga Yusman terkenal dimana mana.
Suatu hari Yusa
beserta keluarganya mendatangi keluarga Yusman. Mereka telah mendengar kabar
itu dan menanyakan asal mulanya. Yusman menceritakan dengan jujur semua peristiwa yang terjadi.
Yusman memberikan
beberapa keeping emas kepada kakaknya yang pamit pulang, tetapi Yusa menolak
dan mengatakan bahwa dirinyapun akan segera kaya seperti Yusman.
Sesampainya di
rumah yusa dan keluarganya pergi kelaut, menangkap ikan lumba lumba dan melukai
ekornya. Disuruh anak istrinya mengobati dan memberi makan lumba-lumba itu.
Dilepaskan sambil menunggu di tengah lautan.
Ketika mengadu
pada sang ratu, lumba-lumba itu disuruh memberikan kantung biji-bijian berwarna
hitam kepada Yusa. Yusa pun bergegas pulang dan segera menanam biji tersebut di
belakang rumahnya.dengan segera biji itu tumbuh menjadi pohon semangka yang
berwarna hitam, buah semangka yang banyak dan besarpun berwarna hitam pekat.
Yusa sekeluarga
bergegas memetik semangka itu rasanay sudah tidak sabar untuk mengumpulkan
kepingan emas. Tetapi alangkah terkejutnya mereka ternyata semangka itu bukan
berisi emas melainkan ular hitam. Mereka lari ketakutan . semangka itu cepat
merekah dan mengeluarkan ular hingga tak terhitung jumlahnya.
Ular-ular itu
menyerbu ke rumah Yusa dan bersarang disana, akibatnya yusa keluar dari rumah
itu. Dengan terbirit-birit, mereka lari ke rumah Yusman.
Yusman sekeluarga
menerima keluarga kakaknya dengan ramah. Dia meminta agar Yusa dan keluarganya
mau tinggal di rumahnya.
“bukankah sebelum
ayah meninggal beliau berpesan agar kita tinggal bersama-sama? Kata Yusman”.
Mendengar
perkataan Yusman, Yusa dan istrinya malu. Mereka berjanji akan bekerja keras
seperti mendiang ayahnya. Akhirnya kedua keluarga itu rukun dan hidup bahagia.
0 komentar:
Posting Komentar