Rabu, 12 Maret 2014

HADIAH RATU LUMBA-LUMBA
Alkisah hidup seorang nelayan bersama dua orang anaknya. Anak pertama bernama Yusa dan anak kedua bernama Yusman. Keduanya telah menikah dan mempunyai seorang anak . karna usia yang sudah terlalu tua dan sakit-sakitan, akhirnya nelayan tua itupun meninggal sebelum meninggal ia berpesan kepada kedua anaknya, agar mereka tetap tinggal serumah.
Yusa dan istrinya adalah orang-orang pemalas dan suka memerintah seenaknya kepada keluarga Yusman. Mereka tidak mau pergi untuk mencari ikan ke laut, memasak dan membersihkan rumah. Semua perkerjaan itu dibebankan kepada Yusman dan keluarganya. Tapi, lama kelamaan keluarga Yusa semkin menjadi-jadi karena merasa dirinya dalah anak tertua yang harus di hormati. Akhirnya keluarga Yusman tidak menerima atas perlakuan keluarga Yusa, yang semena-mena memerintah terhadap keluarganya. Dan merekapun bertengkar hebat. Lalu istri Yusa mengusir Yusman dan keluarganya.
Keluarga Yusmanpun pergi meninggalkan rumah dan membangun gubuk kecil di pinggiran pantai. Dia dan keluarga bekerja keras menangkap ikan di laut dan menjualnya ke pasar.

Pada pagi hari, disaat anak Yusman yang bernama Husna pinggir pantai tanpa sengaja ia melihat seekor bayi lumba-lumba yang terdampar. Husnapun menghampiri lumba-lumba itu dan dia berusaha untuk mengembalikan lumba-lumba itu ke laut. Tetapi husna melihat ekornya terluka parahakhirnya husna membawa pulang lumba-lumba itu ke gubuknya, dan mengobati ekor lumba-lumba yang terluka itu. Setelah itu disimpanlah lumba-lumba itu di bak mandi yang cukup luas.
Ayah husna pun bertanya. “Husna darimana bayi lumba-lumba itu?”
‘bayi lumba-lumba itu Husna temukan di pinggir pantai dan terluka parah” ujar Husna
“yah, bolehkah Husna merawatnya sampai ekornya sembuh?” Tanya Husna
“boleh” jawab Yusman.
Setiap hari lumba-lumba itu diajak bermain dan husnapun sangat menyayangi lumba-lumba itu.
Beberapa hari kemudian lumba-lumba itu sembuh. Pada malam hari saat yusman dan keluarganya tertidur lelap, bayi lumba-lumba mengeluarkan suara.
“cit…cit…cit…cit…” yang sangat keras, sehingga membangunkan keluarga yusman, mereka segera menghampiri bayi lumba-lumba tersebut.
Husna berkata “mengapa kamu berisik?
Apakah kamu ingin pulang dan bertemu keluarga kamu lagi?
(sambil memegang kepala lumba-lumba).
“Mungkin saja karena si lumba-lumba sudah lama meninggalkan rumahnya” jawab ayah
“Ya sudah besok kita kembalikan lumba-lumba ini ke laut” usulnya.
Pada pagi hari Yusman dan Husna pergi ke pantai untuk mengembalikan bayi lumba-lumba ke lautan.
Lumba-lumbapun pergi meninggalkan husna dan keluarganya lalu lumba-lumba bertemu dengan ibunya si Ratu lumba-lumba.
“Apa yang terjadi padamu? Mengapa beberapa hari ini kamu tidak pulang? Kau telah membuatku cemas, Tanya sang Ratu.
“oh Ibu Ratu” jawab bayi lumba-lumba bertemu dengan ibunya si Ratu lumba-lumba. “pada saat Saya bermain, Saya terseret ombak yang besar hingga saya terseret ke daratan. Sewaktu Saya berusaha kembali ke laut, ekor Saya tersangkut di ranting-ranting hingga terluka dan tidak bias berenang. Untung saja ada keluarga nelayan yang baik hati, mereka merawat dan memelihara Saya sampai sembuh.
Setelah mendengar penuturan bayi lumba-lumba, ratu lumba-lumba mengeluarkan sebuah kantung yang berisi biji-bijian berwarna putih.
Sewaktu Yusman sedang menjaring ikan ratu lumba-lumba mennghampiri Yusman dan memberikannya kantung itu. Yusman pun mengambil kantung itu dari mulut ratu lumba-lumba. Setelah itu Yusman bergegas untuk pulang setelah sampai dirumah, Yusman bercerita kepada anak istrinya bahwa ia di beri biji-bijian berwarna putih dari seekor lumba-lumba. Keluarga Yusman pun bingung, harus di apakan biji-bijian itu?.
Karena capek dan sudah larut malam Yusman pun beristirahat. Pada malam itu Yusman bermimpi bertemu dengan ratu lumba-lumba dia berkata “tanam biji itu” serentak Yusman kaget dan bangun dari tidurnya. Ia pun langsung menanam biji itu di belakang rumahnya.
Setelah Yusman menanam biji itu ia langsung mengajak keluarganya untuk menjual ikan hasil tangkapan semalam ke pasar, setelah pulang dari pasar mereka melihat buah semangka yang banyak dan besar-besar di belakang rumahnya.
Terkejut Yusman dan mengambil sebuah semangka yang kemudian ia belah.
“Emas …….oh emas.!!!” Teriak istri Yusman yang terkejut melihat isi semangka itu.
“Emas  …….oh emas.!!!” Teriak Yusman dan husna kegirangan.
Yusman dan keluarganya bersyukur karena mendapatkan anugrah dari Alloh SWT. Yang tiada kiranya. Sebentar saja mereka menjadi sangat kaya. Sifat baik dan suka menolong membuat keluarga Yusman terkenal dimana mana.
Suatu hari Yusa beserta keluarganya mendatangi keluarga Yusman. Mereka telah mendengar kabar itu dan menanyakan asal mulanya. Yusman menceritakan  dengan jujur semua peristiwa yang terjadi.
Yusman memberikan beberapa keeping emas kepada kakaknya yang pamit pulang, tetapi Yusa menolak dan mengatakan bahwa dirinyapun akan segera kaya seperti Yusman.
Sesampainya di rumah yusa dan keluarganya pergi kelaut, menangkap ikan lumba lumba dan melukai ekornya. Disuruh anak istrinya mengobati dan memberi makan lumba-lumba itu. Dilepaskan sambil menunggu di tengah lautan.
Ketika mengadu pada sang ratu, lumba-lumba itu disuruh memberikan kantung biji-bijian berwarna hitam kepada Yusa. Yusa pun bergegas pulang dan segera menanam biji tersebut di belakang rumahnya.dengan segera biji itu tumbuh menjadi pohon semangka yang berwarna hitam, buah semangka yang banyak dan besarpun berwarna hitam pekat.
Yusa sekeluarga bergegas memetik semangka itu rasanay sudah tidak sabar untuk mengumpulkan kepingan emas. Tetapi alangkah terkejutnya mereka ternyata semangka itu bukan berisi emas melainkan ular hitam. Mereka lari ketakutan . semangka itu cepat merekah dan mengeluarkan ular hingga tak terhitung jumlahnya.
Ular-ular itu menyerbu ke rumah Yusa dan bersarang disana, akibatnya yusa keluar dari rumah itu. Dengan terbirit-birit, mereka lari ke rumah Yusman.
Yusman sekeluarga menerima keluarga kakaknya dengan ramah. Dia meminta agar Yusa dan keluarganya mau tinggal di rumahnya.
“bukankah sebelum ayah meninggal beliau berpesan agar kita tinggal bersama-sama? Kata Yusman”.
Mendengar perkataan Yusman, Yusa dan istrinya malu. Mereka berjanji akan bekerja keras seperti mendiang ayahnya. Akhirnya kedua keluarga itu rukun dan hidup bahagia.

Categories:

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!