Minggu, 11 November 2012


Assalamualaikum and greeting to all,
In The Name of Allah
The Most Gracious and The Most Merciful..
Allah..please give me the best ever for Islam..
*Allahu Rabbal ‘Alamin..please give me the best ever for ISlam*
Siapakah jodoh kita, bila waktunya tiba, di mana akan dipertemukan, adakah ia benar-benar orang soleh/solehah? 
 Semua itu rahasia Allah Swt.
Jodoh adalah Taqdir Allah Swt
Allah Swt menetapkan tiga bentuk taqdir dalam masalah jodoh. Pertama, cepat mendapatkan jodoh. Kedua, lambat mendapatkan jodoh, tapi suatu ketika pasti mendapatkannya di dunia. Ketiga, menunda mendapatkan jodoh sampai di akhirat kelak. Apapun pilihan jodoh yang ditentukan Allah adalah hal terbaik untuk kita.

Allah Swt berfirman: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al Baqarah: 216).
Kita harus terikat aturan Allah. Kita juga dibekali akal untuk memahami aturan-Nya. Ketika kita memutuskan untuk taat atau melanggar aturanNya adalah pilihan kita sendiri. Bagaimana cara kita untuk mendapatkan jodoh adalah pilihan kita. Dengan jalan yang diridhoiNya atau tidak. Tetapi hasil akhirnya Allah yang menentukan.
Kriteria Pasangan Ideal
Nabi bersabda: ”Apabila datang kepada kalian lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya,maka nikahkanlah ia (dengan puteri kalian).  Sebab jika tidak, maka akan terjadi fitnah dibumi dan kerusakan yang besar”.
Lelaki yang bertaqwa akan mencintai dan memuliakan istrinya. Jika ia marah tidak akan menzhalimi istrinya.
Kaum jahiliyah menikah dengan melihat kedudukan, kaum Yahudi menikah dengan melihat harta, kaum Nasrani menikah dengan melihat rupa, sedangkan umat Islam menikahkan dengan melihat agama.
Nabi bersabda:”Sesungguhnya dunia seluruhnya adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita (isteri) yang sholehah”. Beliau juga bersabda: ”Wanita dinikahi karena empat faktor, yakni karena harta kekayaannya, karena kedudukannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Hendaknya pilihlah yang beragama agar berkah kedua tanganmu.”
Sulit mencari jodoh bisa jadi karena kriteria terlalu muluk. Janganlah kita menginginkan kesempurnaan orang lain, padahal diri kita tidak sempurna.
Memperluas Pergaulan Sesuai Syar’i
Seringlah bersilaturrahim ke tempat saudara atau mengikuti pengajian. Ustadz, teman, orang tua, saudara, keluarga, dll bisa diminta bantuan.
Haram berpacaran
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Israa’: 32).  Kita dilarang berkhalwat, memandang lawan jenis dengan syahwat, wanita bepergian sehari semalam tanpa muhrim, dll.
Orang pacaran selalu menutupi kekurangannya dan menampilkan yang baik-baik saja. Cari informasi dari orang dekatnya (saudara, teman, tetangganya).  Perlu juga penilaian dari orang tua dan keluarga kita. Biasanya kita tidak dapat melihat kekurangan orang yang kita cintai.
Introspeksi diri
Jika kita ingin mendapatkan jodoh yang shaleh, maka kita harus menjadi orang yang shaleh juga. Allah Swt berfirman: “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula}” (QS. An Nuur: 26).
Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat pada bentuk-bentuk (lahiriah) dan harta kekayaanmu, tapi Dia melihat pada hati dan amalmu sekalian. ” (HR. Muslim, Hadits no. 2564 dari Abu Hurairah).  Jadi, lelaki atau wanita yang baik menurut pandangan Allah itu adalah lelaki atau wanita yang baik iman dan amalnya.
Secara lahiriah kita perlu menjaga kebersihan, kerapihan dan menjaga bau badan. Bukan berdandan berlebihan (tidak Islami), tapi tampil menarik.
Jangan Mencintai Manusia Secara Berlebihan
“Barangsiapa memberi karena Allah, menolak karena Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan menikah karena Allah, maka sempurnalah imannya. (HR. Abu Dawud)
Jika kita mencintai manusia lebih daripada Allah, niscaya hati kita akan hancur dan putus asa jika ditinggalkan. Jika kita mencintai Allah di atas segalanya, niscaya kita akan selalu tegar dan tabah karena kita yakin bahwa Allah itu Maha Hidup dan Abadi serta selalu bersama hamba yang Sholeh.
Jika Gagal Berusaha Lagi
Jika kita gagal, jangan putus asa dan minder.  Kita harus sabar dan tetap berusaha mendapatkan yang lebih baik lagi. Yakinlah ada yang lebih baik yang sedang dipersiapkan Allah untuk kita.
Para sahabat besarpun mengalaminya. Contohnya Utsman ra yang melamar putri Abu Bakar ditolak, lalu melamar putri Umar juga ditolak, akhirnya malah menjadi menantu Rasulullah Saw.
Masa Penantian Jodoh
Jodoh tidak akan lari dan akan datang pada waktunya. Bersabarlah dan sibukkan diri dengan amal sholeh.  Hadapilah dengan sikap tenang, santai, tidak mudah emosi/sensitif, tidak larut dalam kesedihan, tidak berputus asa dan tetap bersemangat.
Rasulullah Saw bersabda: “Sungguh menakjubkan kondisi seorang mukmin. Segala keadaan dianggapnya baik, dan hal ini tidak akan terjadi, kecuali bagi seorang mukmin. Apabila mendapat kesenangan ia bersyukur, maka itu tetap baik baginya dan apabila ditimpa penderitaan ia bersabar maka itu tetap baik baginya.” (HR Muslim)
Gunakan energi kita untuk lebih mendekatkan diri dan mencintai Allah Swt., orang tua, dan umat. Yakinlah dengan keadilan-Nya bahwa setiap manusia pasti memiliki jodoh masing-masing. Yakinlah bahwa semua kondisi adalah baik, berguna, dan berpahala bagi kita.
Siap Menerima Taqdir Allah
Hidup adalah ujian. Bisa saja, takdir jodoh kita bukan orang shaleh. Allah Swt berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman. Sesungguhnya di antara pasanganmu dan anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka… Sesungguhnya hartamu dan anakmu, hanyalah ujian bagimu, dan di sisi Allah pahala yang besar.” (Q.S. At-Taghaabuun: 14-15)
Hal tersebut tetap bisa menjadi kebaikan apabila dijadikan sebagai lahan amal shaleh dan batu ujian untuk meningkatkan keimanan, tawakal, dan kesabaran.
Wanita Melamar Lelaki.
Bukan hal yang dilarang jika wanita menemukan lelaki sholeh dan berinisiatif menawarkan diri dalam pernikahan melalui peran orang yang dipercaya.  Khadijah ra melalui pamannya melamar Nabi Muhammad Saw setelah mengetahui akhlak dan agama beliau.
Taqarrub Ilallah
Perburuan jodoh secara syar’i adalah dengan mendekati Allah super ekstra. Caranya dengan bertawasul amal-amal shaleh,  tidak hanya ibadah wajib (berbakti kepada orangtua, sholat wajib), juga ibadah sunnah (shoum sunnah, sholat tahajjud/taubat/istikhoroh/hajat/witir/dhuha, tilawah Al Qur’an, istighfar, infaq, dll).
Semakin dekat dengan Allah, iman bertambah dan do’a kita semakin terkabul. Usaha yang konsisten, optimis dan prasangka baik akan memudahkan jalan kita.
Tidak Putus Asa Berdoa
Bacalah doa: “Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al Furqon: 74).
Doa lebih terkabul pada tempat mustajab, waktu mustajab dan memperhatikan adab berdoa. Berdoalah menurut apa yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya. Tempat mustajab: masjid, majlis ta’lim, Arafah, Hajar Aswad, Hijr Ismail, di atas sajadah, dll.
Waktu mustajab: sepertiga malam yang akhir, selesai sholat wajib/tahajjud/hajat, saat sujud/I’tidal terakhir dalam sholat, sedang berpuasa, berbuka puasa, dalam perjalanan, selesai khatam qur’an, hari Jum’at, baru mulai hujan, diantara azan dan iqamat, ketika minum air zamzam, bulan ramadhan/lailatul qodar, antara zuhur dan ashar juga antara ashar dan maghrib, selesai sholat subuh, dalam kesulitan, sedang sakit, sedang ada jenazah.
Adab berdoa: menjauhkan hal yang haram, ikhlas, diawali dan diakhiri tahmid/sholawat, menghadap kiblat, suci dari hadats  dan najis, khusyu’ dan tenang, menengadahkan kedua tangan, dengan suara rendah dan pengharapan sepenuh hati, mengulangi berkali-kali, tidak berputus asa, menghadirkan Allah dalam hati, tidak meninggalkan sholat wajib, tidak melakukan dosa besar, tidak minta sesuatu yang dilarang Allah, sambil menangis.
Nabi Musa as berdoa setelah menolong dua perempuan penggembala kambing: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.” (QS 28:24).  Allah swt memahami keperluan dan prioritasnya, sehingga tidak saja memberi makanan, tapi juga memberi jodoh, tempat tinggal dan pekerjaan. Wallahu’alam bishawab.

(Ummu Hafizh)
[www.suara-islam.com

Senin, 05 November 2012


Memahami lebih dalam Isi Hati Cewek - Isi hati cewek itu ibarat sebuah buku yang kosong. Bagi para cowok tak akan pernah bisa membacanya. Namun jika kalian ingin mengetahuinya, maka dengarkanlah setiap kata yang akan disampaikan. Jadilah pendengar yang baik, agar merasa nyaman saat berada disampingmu. Dengan begitu tanpa kamu sadari, nama mu akan tertulis dengan sendirinya di setiap lembaran yang kosong dalam buku itu. Maka dengan mudahnya kamu dapat membaca isi buku tersebut, karena hanya ada namamu di setiap lembar kisah hidupnya.




Kalian tau gak, kalo cewek itu gak akan menuntut banyak kecuali pengertian. Bahkan dimata para cowok pun dicap sebagai makhluk yang menyusahkan. Pernyataan tersebut itu adalah salah besar kawan jika kalian menilai cewek seperti itu. Kalian tau kan kalo cewek itu masih dapat berdiri tegar walaupun dihantam dengan berbagai rasa sakit oleh para cowok. Bahkan perasaan cewek itu lembut, sampai-sampai walaupun disakitin sekali tapi rasanya sakit banget. Apalagi kalau itu sampai terluka, makanya cewek itu lebih suka menangis. Tapi seorang cewek menangis itu bukan karena mereka cengeng, melainkan karena mereka menahan rasa sakit dihatinya


Jika kalian ingin mengetahui tentang Isi Hati Cewek, simak ini baik-baik ya kawan?!?


  1. Tunjukkanlah seberapa besar cintamu dengan cara memberikan perhatian kepadanya.
  2. Cewek itu biasanya berfikir dengan mulut, jadi kamu jangan pernah berdebat dengannya tapi lebih baik bersabar untuk mendengarkan semuanya yang akan diutarakannya.
  3. Seorang cewek itu lebih suka berkumpul dengan teman-temannya, itu semua karena mereka butuh pendengar saat bersedih, senang bahkan marah.
  4. Air matanya mudah sekali menetes, namun mudah juga melupakan akan masalah yang telah membuatnya menangis.
  5. Jika mereka telah memilihmu, walaupun kamu telah menyakitinya berkali-kali namun pintu hatinya akan selalu terbuka untukmu.
  6. Dia akan lemah jika melihat ketidakberdayaan seseorang
  7. Seorang cewek itu sulit sekali bersikap tegas pada orang-orang yang mencoba mendekatinya, itu karena mereka tidak ingin menyakiti hatimu.
  8. Walaupun hatinya menangis, namun mereka akan selalu tersenyum untuk mu
  9. Ketika seorang cewek marah dan tidak mau melihatmu, maka kamu harus bersabar dan jangan pernah menyerah untuk meluluhkan hatinya karena mereka akan menghargai setiap usahamu.
  10. Mereka itu akan selalu mencari yang lebih baik, makanya kamu harus buktikan bahwa kamu akan selalu berusaha membuat dirinya menjadi lebih baik lagi.
  11. Seorang wanita tak butuh pujian atas kecerdasannya, namun yang mereka butuhkan adalah kamu menghargai usahanya untuk membuatmu bangga.
  12. Mereka itu sangat impulsive, hal tersebut terkait karena emosinya lebih banyak mengendalikan tindakanya.
  13. Mereka tidak suka jika berganti peran menjadi seorang cowok. Karena mereka lebih menikmati menjadi buruan yang berharga, sedangkan cowok adalah pemburu yang agresif.
  14. Kata siapa cewek itu gak setia?!? Coba kalian lihat, sudah berapa banyak yang bisa menikah lagi setelah ditinggal mati suaminya?!? Dan sudah berapa banyak cewek yang sulit melupakan mantannya?!?
  15. Cewek itu memang banyak keinginannya, tetapi itu semua karena mereka ingin mendapatkan yang terbaik untuk setiap hal dalam hidup mereka.
  16. Seorang cewek sangat mudah sekali cemburu. Maka kalian harus berhati-hati dalam meminta bantuan pada cewek lain. Namun jika mereka mengetahui semuanya, mungkin dalam benaknya mereka tidak dapat diandalkan padahal mereka ingin sekali memnuhi semua kebutuhanmu.
  17. Ketika kamu merasa sedih, tertekan ataupun kesal. Maka kamu harus bisa mengutarakan dengan baik apa yang kamu inginkan. Sama dengan cowok, seorang cewek pun tidak bisa membaca pikiran pasangannya.
  18. Cewek itu butuh kepastian. Oleh karena itu ekspresikan cintamu setiap hari bahkan setiap jam dalam kehidupanya.
  19. Terkadang cewek itu terlihat tak peduli padamu dan selalu terlihat mengacuhkan dirimu, tapi taukah kamu di lubuk hatinya masih memiliki sejuta doa untuk mu.
  20. Walaupun merasakan sakit hati yang begitu mendalam, namun mereka akan tetap tegar.
  21. Terkadang seorang cewek itu jaimnya berlebihan, mereka bilang tak butuh tapi padahal sebenarnya mereka sangat membutuhkanmu.
  22. Seorang cewek akan luluh pada usaha keras seseorang untuk mendapatkan hatinya. Karena mereka menyenangi perhatian dan usaha.

Nach,, kalian sudah tau bukan tentang seorang cewek itu seperti apa. Namun ini ada sesuatu untuk para cowok. Silahkan dipahami.


Hati wanita,
Hatinya begitu lembut,
Namun agak sukar untuk disentuh,
Bila sudah disentuh jangan sesekali melukainya.

Hati wanita,
Bila sudah ditawan dia bagai layang-layang yang memerlukan tali,
Semakin kuat tali semakin kuat kebahagiaannya,
Ketenangan hatinya akan kekal selagi mana tali itu tidak dikasari oleh orang lain.

Hati wanita,
Lembutnya bagaikan kapas dan embunan salju diTurkey,
Sekali digapai dia akan tetap dalam genggaman,
Apabila dilepaskan ia akan cair dan mengalir ke tanah,
Namun dia tetap akan mengingati siapa yang menggenggamnya pada awal penurunannya.

Hati wanita,
Kelembutannya itu tersirat pada batinnya,
Luarannya terkadang seperti kerasnya batu di Bukit Fraser,
Bila tiba waktu kekerasannya menonjol, biarkan lah dia untuk seketika,
Kerana kelebutannya akan terserlah selepas matahari senja terbenam.

Hati wanita,
Cemburumu membuktikan kasih sayangmu tidak terperi,
Kasih sayang terpancar dengan segala ragam kemarahanmu,
Cemburumu itu kadang-kadang tidak difahami oleh mereka yang bergelar lelaki,
Namun jauh di sudut hati mereka, sangat menyayangimu.

Hati wanita,
Ku mohon kemaafan pada hati yang telah terluka,
Bukan niatku untuk melakukannya,
Namun terkadang aku terleka dengan ujian dunia,
Menjadikan aku alpa pada PENCIPTA.

Hati wanita,
Biarpun hatimu itu telah terluka,
Kesalahanku tidak mendapat kemaafan,
Kau biarkan diri ini menanggung derita,
Hidup dalam rasa bersalah menjadikan diriku tidak keruan,
Namun percayalah tidak pernah terlintas untuk menyakitinya.

Hati wanita,
Bila disentuh ia akan bergoncang,
Bergoncang seperti mana gempa bumi di Medan,
Jangan dikotori kesuciannya,
Lupakan kisah lama,
Semailah ia dengan roh KEIMANAN,
agar segala luka dan lara dapat diobati sebaiknya.

Minggu, 04 November 2012


SEJARAH PENGKAJIAN QURAN
Pengkajian sejarahAlquran bukan hanya dimaksudkan untuk mengungkap dimensi-dimensitersembunyi yang selama ini tak terpikirkan oleh umat Islam, tapi jugamerupakan modal intelektual untuk memahami kitab suci.
Sebagian besar kaumMuslim meyakini bahwa Alquran dari halaman pertama hingga terakhirmerupakan kata-kata Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secaraverbatim, baik kata-katanya (lafdhan) maupun maknanya (ma'nan). KaumMuslim juga meyakini bahwa Alquran yang mereka lihat dan baca hari iniadalah persis seperti yang ada pada masa Nabi lebih dari seribu empatratus tahun silam.
Keyakinan semacam itusesungguhnya lebih merupakan formulasi dan angan-angan teologis(al-khayal al-dini) yang dibuat oleh para ulama sebagai bagian dariformalisasi doktrin-doktrin Islam. Hakikat dan sejarah penulisanAlquran sendiri sesungguhnya penuh dengan berbagai nuansa yang delicate(rumit), dan tidak sunyi dari perdebatan, pertentangan, intrik, danrekayasa.

Alquran dalambentuknya yang kita kenal sekarang sebetulnya adalah sebuah inovasiyang usianya tak lebih dari 79 tahun. Usia ini didasarkan pada upayapertama kali kitab suci ini dicetak dengan percetakan modern danmenggunakan standar Edisi Mesir pada tahun 1924. Sebelum itu, Alquranditulis dalam beragam bentuk tulisan tangan (rasm) dengan teknikpenandaan bacaan (diacritical marks) dan otografi yang bervariasi.
Hadirnya mesin cetakdan teknik penandaan bukan saja membuat Alquran menjadi lebih mudahdibaca dan dipelajari, tapi juga telah membakukan beragam versi Alquranyang sebelumnya beredar menjadi satu standar bacaan resmi seperti yangkita kenal sekarang.
Pencetakan Edisi Mesiritu bukanlah yang pertamakali dalam upaya standarisasi versi-versiAlquran. Sebelumnya, para khalifah dan penguasa Muslim jugaturun-tangan melakukan hal yang sama, kerap didorong oleh keinginanuntuk menyelesaikan konflik-konflik bacaan yang muncul akibatberagamanya versi Alquran yang beredar.
Tapi pencetakan tahun1924 itu adalah ikhtiyar yang luar biasa, karena upaya ini merupakanyang paling berhasil dalam sejarah kodifikasi dan pembakuan Alquransepanjang masa. Terbukti kemudian, Alquran Edisi Mesir itu merupakanversi Alquran yang paling banyak beredar dan digunakan oleh kaum Muslim.
Keberhasilanpenyebarluasan Alquran Edisi Mesir tak terlepas dari unsur kekuasaan.Seperti juga pada masa-masa sebelumnya, kodifikasi dan standarisasiAlquran adalah karya institusi yang didukung oleh --dan menjadi bagiandari proyek-- penguasa politik. Alasannya sederhana, sebagai proyekamal (non-profit), publikasi dan penyebaran Alquran tak akan efektifjika tidak didukung oleh lembaga yang memiliki dana yang besar.
Apa yang telahdilakukan oleh pemerintah Saudi Arabia mencetak ratusan ribu kopiAlquran sejak tahun 1970-an merupakan bagian dari proyek amal yangsekaligus juga merupakan upaya penyuksesan standarisasi kitab suci.Kendati tidak seperti Uthman bin Affan yang secara terang-teranganmemerintahkan membakar seluruh versi (mushaf) Alquran yang bukanmiliknya (kendati tidak benar-benar berhasil), tindakan penguasa Saudimembanjiri pasar Alquran hanya dengan satu edisi, menutupi danperlahan-lahan menyisihkan edisi lain yang diam-diam masih beredar(khususnya di wilayah Maroko dan sekitarnya).
Agaknya, tak lamalagi, di dunia ini hanya ada satu versi Alquran, yakni versi yang kitakenal sekarang ini. Dan jika ini benar-benar terwujud (entah kapan),maka itulah pertama kali kaum Muslim (baru) boleh mendeklarasikan bahwamereka memiliki satu Alquran yang utuh dan seragam.
Edisi Mesir adalahsalah satu dari ratusan versi bacaan Alquran (qiraat) yang beredarsepanjang sejarah perkembangan kitab suci ini. Edisi itu sendirimerupakan satu versi dari tiga versi bacaan yang bertahan hingga zamanmodern. Yakni masing-masing, versi Warsh dari Nafi yang banyak beredardi Madinah, versi Hafs dari Asim yang banyak beredar di Kufah, danversi al-Duri dari Abu Amr yang banyak beredar di Basrah. Edisi Mesiradalah edisi yang menggunakan versi Hafs dari Asim.
Versi bacaan (qiraat)adalah satu jenis pembacaan Alquran. Versi ini muncul pada awal-awalsejarah Islam (abad pertama hingga ketiga) akibat dari beragamnya caramembaca dan memahami mushaf yang beredar pada masa itu. Mushaf adalahistilah lain dari Alquran, yakni himpunan atau kumpulan ayat-ayat Allahyang ditulis dan dibukukan.
Sebelum Uthman binAffan (w. 35 H), khalifah ketiga, memerintahkan satu standarisasiAlquran yang kemudian dikenal dengan "Mushaf Uthmani," pada masa itutelah beredar puluhan --kalau bukan ratusan-- mushaf yang dinisbatkankepada para sahabat Nabi. Beberapa sahabat Nabi memiliki mushafnyasendiri-sendiri yang berbeda satu sama lain, baik dalam hal bacaan,susunan ayat dan surah, maupun jumlah ayat dan surah.
Ibn Mas'ud, seorangsahabat dekat Nabi, misalnya, memiliki mushaf Alquran yang tidakmenyertakan surah al-Fatihah (surah pertama). Bahkan menurut Ibn Nadiem(w. 380 H), pengarang kitab al-Fihrist, mushaf Ibn Mas'ud tidakmenyertakan surah 113 dan 114. Susunan surahnyapun berbeda dari Alquranyang ada sekarang. Misalnya, surah keenam bukanlah surah al-An'am, tapisurah Yunus.
Ibn Mas'ud bukanlahseorang diri yang tidak menyertakan al-Fatihah sebagai bagian dariAlqur'an. Sahabat lain yang menganggap surah "penting" itu bukan bagiandari Alquran adalah Ali bin Abi Thalib yang juga tidak memasukkan surah13, 34, 66, dan 96. Hal ini memancing perdebatan di kalangan para ulamaapakah al-Fatihah merupakan bagian dari Alquran atau ia hanya merupakan"kata pengantar" saja yang esensinya bukanlah bagian dari kitab suci.
Salah seorang ulamabesar yang menganggap al-Fatihah bukan sebagai bagian dari Alquranadalah Abu Bakr al-Asamm (w. 313 H). Dia dan ulama lainnya yangmendukung pandangan ini berargumen bahwa al-Fatihah hanyalah "ungkapanliturgis" untuk memulai bacaan Alqur'an. Ini merupakan tradisi populermasyarakat Mediterania pada masa awal-awal Islam. Sebuah hadis Nabimendukung fakta ini: "siapa saja yang tidak memulai sesuatu denganbacaan alhamdulillah [dalam hadis lain bismillah] maka pekerjaannyamenjadi sia-sia."
Perbedaan antaramushaf Uthman dengan mushaf-mushaf lainnya bisa dilihat dari komplainAisyah, isteri Nabi, yang dikutip oleh Jalaluddin al-Suyuthi dalamkitabnya, al-Itqan, dalam kata-kata berikut: "pada masa Nabi, surahal-Ahzab berjumlah 200 ayat. Setelah Uthman melakukan kodifikasi,jumlahnya menjadi seperti sekarang [yakni 73 ayat]." Pandangan Aisyahjuga didukung oleh Ubay bin Ka'b, sahabat Nabi yang lain, yang di dalammushafnya ada dua surah yang tak dijumpai dalam mushaf Uthman, yaknisurah al-Khal' dan al-Hafd.
Setelah Uthmanmelakukan kodifikasi dan standarisasi, ia memerintahkan agar seluruhmushaf kecuali mushafnya (Mushaf Uthmani) dibakar dan dimusnahkan.Sebagian besar mushaf yang ada memang berhasil dimusnahkan, tapisebagian lainnya selamat. Salah satunya, seperti kerap dirujukbuku-buku 'ulum al-Qur'an, adalah mushaf Hafsah, salah seorang isteriNabi, yang baru dimusnahkan pada masa pemerintahan Marwan ibn Hakam (w.65 H) beberapa puluh tahun kemudian.
Sebetulnya, kendatimushaf-mushaf para sahabat itu secara fisik dibakar dan dimusnahkan,keberadaannya tidak bisa dimusnahkan dari memori mereka atau parapengikut mereka, karena Alquran pada saat itu lebih banyak dihafalketimbang dibaca. Inilah yang menjelaskan maraknya versi bacaan yangberedar pasca-kodifikasi Uthman. Buku-buku tentang varian-varian bacaan(kitab al-masahif) yang muncul pada awal-awal abad kedua dan ketigahijriah, adalah bukti tak terbantahkan dari masih beredarnyamushaf-mushaf klasik itu. Dari karya mereka inilah, mushaf-mushafsahabat yang sudah dimusnahkan hidup kembali dalam bentuk fisik (tekstertulis).
Sejarah penulisanAlqur'an mencatat nama-nama Ibn Amir (w. 118 H), al-Kisai (w. 189 H),al-Baghdadi (w. 207 H); Ibn Hisyam (w. 229 H), Abi Hatim (w. 248 H),al-Asfahani (w. 253 H) dan Ibn Abi Daud (w. 316 H) sebagaipengarang-pengarang yang menghidupkan mushaf-mushaf klasik dalam karyamasahif mereka (umumnya diberijudul kitab al-masahif atau ikhtilafal-masahif). Ibn Abi Daud berhasil mengumpulkan 10 mushaf sahabat Nabidan 11 mushaf para pengikut (tabi'in) sahabat Nabi.
Munculnya kembalimushaf-mushaf itu juga didorong oleh kenyataan bahwa mushaf Uthman yangdisebarluaskan ke berbagai kota Islam tidak sepenuhnya lengkap dengantanda baca, sehingga bagi orang yang tidak pernah mendengar bunyisebuah kata dalam Alquran, dia harus merujuk kepada otoritas yang bisamelafalkannya. Dan tidak sedikit dari pemegang otoritas itu adalah parapewaris varian bacaan non-Uthmani.
Otoritas bacaanbukanlah satu-satunya sumber yang menyebabkan banyaknya varian bacaan.Jika otoritas tidak dijumpai, kaum Muslim pada saat itu umumnyamelakukan pilihan sendiri berdasarkan kaedah bahasa dan kecenderunganpemahamannya terhadap makna sebuah teks. Dari sinilah kemudian munculberagam bacaan yang berbeda akibat absennya titik dan harakat (scriptadefectiva). Misalnya bentuk present (mudhari') dari kata a-l-m bisadibaca yu'allimu, tu'allimu, atau nu'allimu atau juga menjadi na'lamu,ta'lamu atau bi'ilmi.
Yang lebih musykiladalah perbedaan kosakata akibat pemahaman makna, dan bukan hanyapersoalan absennya titik dan harakat. Misalnya, mushaf Ibn Mas'udberulangkali menggunakan kata "arsyidna" ketimbang "ihdina" (keduanyaberarti "tunjuki kami") yang biasa didapati dalam mushaf Uthmani.Begitu juga, "man" sebagai ganti "alladhi" (keduanya berarti "siapa").Daftar ini bisa diperpanjang dengan kata dan arti yang berbeda, seperti"al-talaq" menjadi "al-sarah" (Ibn Abbas), "fas'au" menjadi "famdhu"(Ibn Mas'ud), "linuhyiya" menjadi "linunsyira" (Talhah), dansebagainya.
Untuk mengatasivarian-varian bacaan yang semakin liar, pada tahun 322 H, KhalifahAbbasiyah lewat dua orang menterinya Ibn Isa dan Ibn Muqlah,memerintahkan Ibn Mujahid (w. 324 H) melakukan penertiban. Setelahmembanding-bandingkan semua mushaf yang ada di tangannya, Ibn Mujahidmemilih tujuh varian bacaan dari para qurra ternama, yakni Nafi(Madinah), Ibn Kathir (Mekah), Ibn Amir (Syam), Abu Amr (Bashrah),Asim, Hamzah, dan Kisai (ketiganya dari Kufah). Tindakannya iniberdasarkan hadis Nabi yang mengatakan bahwa "Alquran diturunkan dalamtujuh huruf."
Tapi, sebagian ulamamenolak pilihan Ibn Mujahid dan menganggapnya telah semena-menamengesampingkan varian-varian lain yang dianggap lebih sahih. Nuansapolitik dan persaingan antara ulama pada saat itu memang sangat kental.Ini tercermin seperti dalam kasus Ibn Miqsam dan Ibn Shanabudh yangpandangan-pandangannya dikesampingkan Ibn Mujahid karena adanyarivalitas di antara mereka, khususnya antara Ibn Mujahid dan IbnShanabudh.
Bagaimanapun, reaksiulama tidak banyak punya pengaruh. Sejarah membuktikan pandangan IbnMujahid yang didukung penguasa itulah yang kini diterima orang banyak(atau dengan sedikit modifikasi menjadi 10 atau 14 varian). Alquranyang ada di tangan kita sekarang adalah salah satu varian dari apa yangdipilihkan oleh Mujahid lewat tangan kekuasaan. Yakni varian bacaanAsim lewat Hafs. Sementara itu, varian-varian lain, tak tentu nasibnya.Jika beruntung, ia dapat dijumpai dalam buku-buku studi Alquran yangsirkulasi dan pengaruhnya sangat terbatas.
Apa yang bisa dipetikdari perkembangan sejarah Alquran yang saya paparkan secara singkat diatas? Para ulama, khususnya yang konservatif, merasa khawatir jikafakta sejarah semacam itu dibiarkan diketahui secara bebas. Merekabahkan berusaha menutup-nutupi dan mengaburkan sejarah, atau denganmemberikan apologi-apologi yang sebetulnya tidak menyelesaikan masalah,tapi justru membuat permasalahan baru.
Misalnya, denganmenafsirkan hadis Nabi "Alquran diturunkan dalam tujuh huruf" dengancara menafsirkan "huruf" sebagai bahasa, dialek, bacaan, prononsiasi,dan seterusnya yang ujung-ujungnya tidak menjelaskan apa-apa. Sayasependapat dengan beberapa sarjana Muslim modern yang mengatakan bahwakemungkinan besar hadis itu adalah rekayasa para ulama belakangan untukmenjelaskan rumitnya varian-varian dalam Alquran yang beredar. Tapi,alih-alih menjelaskan, ia malah justru mengaburkan.
Mengaburkan karenajumlah huruf (bahasa, dialek, bacaan, prononsiasi), lebih dari tujuh.Kalau dikatakan bahwa angka tujuh hanyalah simbol saja untukmenunjukkan "banyak," ini lebih parah lagi, karena menyangkutkredibilitas Tuhan dalam menyampaikan ayat-ayatnya.
Apakah kita maumengatakan bahwa setiap varian bacaan, baik yang berbeda kosakata danpengucapan (akibat dari jenis penulisan dan tatabahasa) merupakankata-kata Tuhan secara verbatim (apa adanya)? Jika tidak terkesan reweldan simplistis, pandangan ini jelas tak bertanggungjawab, karena iamengabaikan fakta kaum Muslim pada awal-awal sejarah Islam yang sangatdinamis.
Lalu, bagaimana dengankeyakinan bahwa Alquran dari surah al-Fatihah hingga al-Nas adalahkalamullah (kata-kata Allah) yang diturunkan kepada Nabi baik kata danmaknanya (lafdhan wa ma'nan)? Seperti saya katakan di atas, keyakinansemacam ini hanyalah formula teologis yang diciptakan oleh para ulamabelakangan. Ia merupakan bagian dari proses panjang pembentukanortodoksi Islam.
Saya cenderungmeyakini bahwa Alquran pada dasarnya adalah kalamullah yang diwahyukankepada Nabi tapi kemudian mengalami berbagai proses "copy-editing" olehpara sahabat, tabi'in, ahli bacaan, qurra, otografi, mesin cetak, dankekuasaan. Proses-proses ini pada dasarnya adalah manusiawi belaka danmerupakan bagian dari ikhtiyar kaum Muslim untuk menyikapi khazanahspiritual yang mereka miliki. bukan jatuh dari langit, gedebuuuuk!

Jumat, 02 November 2012







Mungkin saat ini kamu merasa telah menemukan calon jodoh idaman hatimu. Hanya saja, keinginan kalian untuk melangkah ke jenjang penikahan menjadi tertunda karena orang tua kamu belum dapat menerima si dia sebagai pendamping hidupmu. Dalam kondisi seperti ini, dapat dipastikan kamu merasa galau, marah, atau bahkan putus asa. Namun, kamarahan atau perasaan negatif lainnya tidak akan mampu mengubah kenyataan menjadi seperti yang kamu harapkan.

Ketimbang larut dalam kesedihan, lebih baik kamu gunakan energi dan pikiran kamu untuk mengambil langkah-langkah tertentu yang dapat memperbaiki keadaan. Hingga akhirnya restu dari orang tua pun kamu dapatkan dan kalian dapat melenggang menuju pelaminan.

1. Tanyakan kepada orang tua kamu mengapa hubungan kalian tidak direstui. Jika orang tua kamu merasa calon yang kamu ajukan bukanlah sosok yang baik, jangan langsung membantah. Lebih baik kamu menggali informasi dari berbagai sumber mengenai si dia. Bisa jadi, orang tua kamu benar bahwa dia bukanlah sosok yang tepat untuk kamu. Jika ini yang terjadi, lebih baik kamu menerima kenyataan daripada nekat memilih dia dan menyesal kemudian.

2. Jika orang kamu salah. Bahwa calon yang kamu ajukan tidak seperti yang disangka orang tua kamu, tunjukkan dengan cara-cara yang baik bahwa dia adalah sosok yang baik dan dan tepat mendampingi kamu. Bahwa kalian saling mencintai dan serius ingin menikah.

3. Jika saat ini hubungan kalian belum direstui, jangan memaksa, apalagi menggunakan cara-cara yang membuat orang tua kamu makin tidak suka. Bersabarlah dan berusahalah pelan-pelan untuk membuka hati kedua orang kamu. Katakan kepada kedua orang tua kamu bahwa restu orang tua adalah segalanya. Jadi, kalian tidak akan melangkah ke jenjang pernikahan tanpa restu dari orang tua.

4. Bawalah calon pasangan kamu ke lingkungan ke luarga besar kamu, seperti kakek, nenek, paman, bibi, dan kerabat yang lain. Jika mereka mendukung hubungan kalian, kalian dapat minta tolong kepada mereka untuk membicarakan hubungan kalian dengan orang tua kamu serta meminta restu dari orang tua kamu.

5. Tetaplah menjadi anak yang santun dan berbakti. Jangan sampai penolakan orang tua kamu membuat kamu bersikap yang justru membuat mereka jengkel atau marah. Kesalehan kamu sebagai anak sangat mungkin menjadi jalan orang tua kamu mau membukakan pintu hatinya untuk hubungan kalian.

6. Teruslah berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Karena Tuhan-lah yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Jika Tuhan menghendaki si dia sebagai jodoh idaman kamu, tidak akan ada yang mampu menghalanginya.

Bersabar menanti restu dari orang tua, akan membuat upaya kamu mendapatkan jodoh idaman dapat berujung pada pernikahan yang bahagia.

Kamis, 01 November 2012


Sedang bersedih? merasa banyak masalah dan ujian? Tenang gan, ente tidak sendiri. Banyak orang juga ngalamin seperti itu. Sesuatu yang biasa sebagai manusia kita merasa jenuh, agak berat, dsb. Tapi benarkah begitu? Atau patutkah kita seperti itu? Hallo…, jangan berpangku tangan gan… dan baca kitab penunjuk jalan yang terjaga keasliannya sampai hari akhir…Apapun pertanyaan kalian, pasti ada jawabannya dalam Al-Qur’an…terutama saat sedih, seperti di bawah ini..
Manusia Bertanya : Kenapa aku diuji?

Qur’an Menjawab : “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi?” (Lihat QS.Al-Ankabuut : 2).
“Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. (Lihat juga QS.Al-Ankabuut : 3)
Manusia Bertanya : Kenapa aku tidak diuji saja dengan hal-hal yang baik?
Qur’an Menjawab : “…boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (Lihat QS.Al-Baqarah : 216)
Manusia Bertanya : Kenapa aku diberi ujian seberat ini?
Qur’an Menjawab : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya……….” (Lihat QS.Al-Baqarah : 286)
Manusia Bertanya : Bolehkah aku frustrasi ?
Qur’an Menjawab : “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”. (Lihat QS.Ali Imraan : 139)
Manusia Bertanya : Bolehkah aku berputus asa ?
Qur’an Menjawab : “…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (Lihat QS.Yusuf : 87)
Manusia Bertanya : Bagaimana cara menghadapi ujian hidup ini?
Qur’an Menjawab : “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung”. (Lihat QS.Ali Imraan : 200)
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’”. (Lihat QS.Al-Baqarah : 45)
Manusia Bertanya : Bagaimana menguatkan hatiku?
Qur’an Menjawab : “….Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal…….” (Lihat QS.At-Taubah : 129)
Manusia Bertanya : Apa yang kudapat dari semua ujian ini?
Qur’an Menjawab : “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan surga – Nya……….” (Lihat QS.At-Taubah : 111)
Subhanalloh,
Ketika hati sedang gundah tidak ada teman untuk berbagi, ingatlah Allah yang tidak pernah biarkan kita sendiri ^^
Semoga bermanfaat gan…

Jumat, 19 Oktober 2012

Seringkali kita menyaksikan hal ini di masjid-masjid. Ketika imam selesai salam, ada jama’ah yang telat, lantas ia bermakmum di belakang makmum masbuk (yang sudah shalat dengan imam pertama). Bolehkah bermakmum semacam ini? Mari kita lihat penjelasan dari ulama besar, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah
.

Ahmad bin Abdul Halim Al Haroni yang digelari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah ditanya,

عَنْ رَجُلٍ أَدْرَكَ مَعَ الْجَمَاعَةِ رَكْعَةً فَلَمَّا سَلَّمَ الْإِمَامُ قَامَ لِيُتِمَّ صَلَاتَهُ فَجَاءَ آخَرُ فَصَلَّى مَعَهُ فَهَلْ يَجُوزُ الِاقْتِدَاءُ بِهَذَا الْمَأْمُومِ؟

“Ada seseorang yang mendapati jama’ah tinggal satu raka’at. Ketika imam salam, ia pun berdiri dan menyempurnakan kekurangan raka’atnya. Ketika itu, datang jama’ah lainnya dan shalat bersamanya (menjadi makmum dengannya). Apakah mengikuti makmum yang masbuk semacam ini dibolehkan?”

Jawaban beliau rahimahullah,
Mengenai shalat orang yang pertama tadi ada dua pendapat di madzhab Imam Ahmad dan selainnya. Akan tetapi pendapat yang benar, perbuatan semacam ini dibolehkan. Inilah yang menjadi pendapat kebanyakan ulama. Hal tadi dibolehkan dengan syarat orang yang diikuti merubah niatnya menjadi imam dan yang mengikutinya berniat sebagai makmum.

Namun jika orang yang mengikuti (yang telat datangnya tadi) berniat untuk mengikuti orang yang sudah shalat bersama imam sebelumnya (makmum masbuk), sedangkan yang diikuti tersebut tidak berniat menjadi imam, maka di sini ada dua pendapat mengenai kesahan shalatnya:

Pendapat pertama: Shalatnya sah sebagaimana pendapat Imam Asy Syafi’i, Imam Malik dan selainnya. Pendapat ini juga adalah salah salah pendapat dari Imam Ahmad.

Pendapat kedua: Shalatnya tidak sah. Inilah pendapat yang masyhur dari Imam Ahmad. Alasan dari pendapat kedua ini, orang yang menjadi makmum pertama kali untuk imam pertama (makmum masbuk), setelah imam salam, maka ia statusnya shalat munfarid (sendirian).

Lalu mengenai makmum masbuk tadi yang menyelesaikan shalatnya, semula ia shalat munfarid, ia boleh merubah niat menjadi imam bagi yang lain sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjadi imam bagi Ibnu ‘Abbas tatkala sebelumnya beliau niat shalat munfarid. Seperti ini dibolehkan dalam shalat sunnah sebagaimana disebutkan dalam hadits Ibnu ‘Abbas tersebut. Hal ini pun menjadi pendapat Imam Ahmad dan ulama lainnya. Namun disebutkan dalam madzhab Imam Ahmad suatu pendapat yang menyatakan bahwa seperti ini dalam shalat sunnah tidak dibolehkan. Sedangkan mengikuti shalat makmumm masbuk dalam shalat fardhu, maka di sini terdapat perselisihan yang masyhur di kalangan para ulama. Akan tetapi, yang benar adalah bolehnya hal ini dalam shalat fardhu maupun shalat sunnah karena yang diikuti menjadi imam dan itu lebih banyak daripada kedaannya shalat munfarid. Oleh karena itu, mengalihkan dari shalat sendirian menjadi imam, itu tidaklah terlarang sama sekali. Berbeda halnya dengan pendapat pertama tadi (yang menyatakan tidak bolehnya). Wallahu a’lam.

Demikian sajian singkat ini dari Majmu’ Al Fatawa (22/257-258). Semoga bermanfaat. (Artikel www.rumaysho.com)

Panggang-GK, 22 Jumadits Tsani 1431 H (04/06/2010)
oleh: Ust. Muhammad Abduh Tuasikal


Ditulis oleh Dewan Asatidz 


Assalamualaikum
Tanya: Sewaktu Saya sholat sunnah, dari belakang ada yang menjadi makmum dengan menepuk pundak saya terlebih dahulu. Bagaimana sikap Saya yang benar dan apa hukumnya. Terima Kasih. Wassalamualaikum

Sri Soedono


[Jawab]

Perbedaan niat imam dan makmum

Fenomena yang sering menimbulkan pertanyaan di kalangan kaum muslimin Indonesia adalah manakala seorang sholat sunnah sendiri, misalnya sholat sunnah ba'diyah, atau sholat fardlu sendiri kemudian datanglah seseorang yang bermakmum kepadanya dengan menepuk pundak si mushalli pertama, sahkah sholat seperti ini? Permasalahan ini dalam kitab fikih dibahas dengan judul perbedaan niat imam dan makmum. Para ulama berbeda pendapat mengenai tata cara sholat seperti itu.

Pendapat pertama adalah madzhab Syafi'I mengatakan bahwa sah sholat jamaah dengan perbedaan niat imam dan makmum secara mutlak. Jadi meskipun imam sholat sunnah dan makmum sholat fardlu, imam sholat dhuhur dan makmum sholat ashar, imam sholat ada' dan makmum sholat qadla, semuanya sah, asalkan format sholat imam dan makmum sama. Kalau formatnya beda, maka tidak sah, seperti misalnya imam sholat gerhana dan makmum sholat isya', maka tidak diperbolehkan. Madzhab Syafi'I ini merupakan madzhab yang paling longgar.

Pendapat kedua adalah madzhab Maliki yang mengatakan tidak sah sholat imam dan makmum yang berbeda niatnya, secara mutlak. Mereka yang sholat fradlu tidak boleh bermakmum dengan imam yang sholat sunnah, begitu makmum sholat dhuhur tidak sah bila imamnya sholat selain fardlu. Ini pendapat paling ketat.

Pendapat ketiga adalah madzhab Hanafi yang mengatakan bahwa boleh orang sholat sunnah di belakang imam yang sholat fardlu tapi tidak sebaliknya. Begitu juga tidak sah sholat makmum yang berbeda dengan sholat imamnya meskipun sama-sama fardlu.

Dalil-dalil:

Dalil pendapat pertama adalah:

1. Hadist riwayat Syafi'I dari Abu Bakrah bahwa Rasulullah s.a.w. keluar untuk mendamaikan satu persengketaan di Bani Sulaim, lalu beliau membagi sahabatnya menjadi dua kelompok, kemudian beliau sholat mengimami dengan kelompok satu, kemudian sholat lagi mengimami dikelompok kedua. Diriwayatkan itu sholat maghrib.

Sangat jelas pada hadist tersebut bahwa Rasulullah mengimami kelompok kedua, padahal beliau telah sholat di kelompok pertama. Berarti sholat Rasulullah sunnah dan sholat makmum fardlu.

2. Hadist riwayat Muslim dari Jabir bin Abdullah bahwa Suatu hari Muadz sholat bersama Rasulullah s.a.w. lalu ia datang ke kaumnya lalu ia mengimami kaumnya sholat Isya' dengan membaca surat Baqarah, lalu seorang lelaki keluar dari jamaah dan menyelesaikan sendiri sholatnya. Orang-orang pun menegurnya "Apakah anda orang manafik?", iapun menjawab"Tidak, aku akan adukan masalah ini kepada Rasulullah". Sesampai kepada Rasulullah, orang itu berkata "Wahai Rasulullah, kami orang-orang bekerja siang, Muzdz telah mengimami kami sholat Isya' telah larut dan membaca surat Baqarah". Ketika Rasulullah mendengar cerita itu, ditegurnya Muad'z "Apakah angkau orang yang suka membuat fitnah? Mengapa tidak kau baca surat Sabbihis dan Wallaili Idza Yaghsyaa".

Hadist ini juga menunjukkan perbedaan sholat imam dan makmum, dimana Muadz telah sholat Isya bersama Rasulullah lalu menjadi imam di kaumnya. Bagi Muadz sholat sunnah dan bagi kaumnya sholat fardlu.

3. Hadist riwayat Ahmad dll. Suatu hari Rasulullah s.a.w. sholat bersama sahabatnya, selesai salam datanglah seorang lelaki ketinggalan lalu ia hendak sholat sendiri, lalu Rasuullah bersabda "Siapa yang mau bersedekah dengan orang ini dengan berjamaah dengannya".

Hadist ini juga menunjukkan sahnya sholat meskipun dengan perbedaan niat antara makmum dan imam.

Imam Syafi'I menyimpulkan bahwa riwayat-riwayat di atas menunjukkan bahwa perbedaan niat sholat antara imam dan makmum tidak membatalkan sholat jamaah.

Dalil pendapat kedua dan ketiga:

1. Hadist diriwayatkan Bukhari dan Muslim dll. Rasulullah s.a.w. bersabda "Sesungguhnya dijadikan imam untuk diikuti, ketika ia takbir maka takbirlah, ketika ruku' maka ruku'lah ketika sujud sujudlah, ketika ia sholat berdiri maka berdirilah …

Hadist tersebut menegaskan bahwa makmum harus mengikuti imam, perbedaan niat makmum menunjukkan sikap tidak mengikuti imam, maka tidak sah sholatnya.

2. Hadist riwayat Ashabus Sunan dari Barra' bin Azib, Rasulullah s.a.w. bersabda "Janganlah kalian berbeda, maka berbedalah hati kalian, sesungguhnyaAllah dan MalakatNya mendoakan para mushalli di shaf pertama".

Hadist ini melarang berbeda dalam melakukan sholat, baik pada shaf maupun niat, maka perbedaan niat imam dan makmum menjadikan sholat tidak sah.

Imam Abu Hanifah nampak mencoba menggabung hadist-hadist di atas secara tekstual, bahwa hanya makmum sholat sunnah boleh mengikuti imam yang sholat fardlu seperti yang dicontohkan dalam hadist.

Bagi pengikut madzhab Syafi'I, ketika sholat sendiri kemudian merasa ada makmum yang datang mengikutinya, hendaknya ia tidak menunggu makmum tersebut, misalnya dengan memperpanjang bacaan dlsb, tapi hendaknya ia konsentrasi penuh dengan sholatnya.Bagi yang bermakmum kepada orang yang sholat sendiri atau sholat sunnah, ada baiknya makmum menepuk pundak mushalli. Menepuk pundak mushally [orang yang salat] adalah sebuah isyarat adanya seseorang yang hendak bermakmum kepadanya. Demikian ini agar ia melakukan niat menjadi imam. Karena tanpa niat tersebut ia tidak mendapatkan pahala berjamaah. Sementara jamaah itu sendiri adalah sah, tanpa ada niat dari imam, selama makmum telah berniat jamaah. Jadi, niatnya imam hanya untuk dirinya sendiri, agar ia mendapatkan pahala berjamaah.

Untuk wanita yang ingin berjamaah dengan seseorang yang masbuk, ia boleh menepuk pundak jika dirasa tidak menimbulkan fitnah. Dan jika dirasa demikian, ia boleh memberi isyarat apapun yang dapat dipahami oleh masbuk tsb. atau jika sulit, tak perlu ia memberi isyarat. mengetahuinya imam akan adanya seseorang yang bermakmum kepadanya tidak merupakan syarat sah-nya berjamaah. Ketentuan ini tidak untuk salat Jum'at. Karena di antara syarat sahnya salat jumat adalah dilaksanakan secara berjamaah. Pada salat Jum'at ini, imam harus berniat jamaah sejak takbiratul ihram.





KESABARAN
Kesabaran merupakan bentuk dari pengendalian emosi yang sangat stabil dari seorang anak manusia, kemampuan untuk tidak mudah terpancing ego atau tidak mudah terbakar amarah dalam menghadapi suatu masalah menunjukkan kemampuan seseorang untuk ber sikap dewasa atau matang dalam berpikir dan bertindak. Dalam sebuah hubungan, tanpa adanya kesabaran, sulit untuk menjalin atau menciptakan sebuah hubungan yang awet dan langgeng.

PENGERTIAN
Kemampuan untuk mengatur ego yang dimiliki dengan memberikan ruang dan waktu buat pasangan melakukan aktivitas individualnya, saling mengerti dan saling toleransi terhadap pasangan, berusaha memahami tindak tanduk pasangan serta tidak menuntut pasangan untuk menjadi pribadi di luar kemampuannya merupakan modal untuk membangun sebuah hubungan yang nyaman dan menentramkan. Sikap pengertian terhadap pasangan menunjukkan tingkat kedewasaan seseorang dalam menjalin sebuah hubungan, semakin tinggi rasa toleransi terhadap pasangan maka dapat dianggap semakin dewasa dalam berhubungan.

PENGHARGAAN
Sikap tenggang rasa perlu dibangun supaya hubungan tetap harmonis. Sikap saling hormat-menghormati dan saling menghargai akan menumbuhkan rasa percaya diri, kekaguman, cinta kasih, serta dukungan yang baik bagi perkembangan hubungan. Penghargaan terhadap pasangan dalam suatu ikatan akan memberikan efek yang nyaman dan menentramkan, tentunya hal ini akan memberikan efek positif yang dapat membuat hubungan menjadi awet, langgeng dan selalu mesra.

TANGGUNG JAWAB
Hubungan yang dewasa diwarnai dengan sikap penuh tanggung jawab, di mana setiap keputusan diambil dengan sepenuh hati dan benar-benar dilaksanakan. Kesiapan untuk menerima kelebihan maupun kekurangan pasangan serta kebersediaan untuk mempertahankan hubungan supaya hubungan tetap harmonis dan tidak mengingkari janji ikatan merupakan wujud tanggung jawab yang sesungguhnya.

KEPERCAYAAN
Mempercayai pasangan adalah wujud tindakan selanjutnya dari saling mengerti yang dibangun antar pasangan. Tanpa kepercayaan berarti tidak ada pengertian dalam hubungan. Kemampuan untuk mengendalikan rasa cemburu atau kemampuan dalam memberikan kepercayaan pada pasangan merupakan wujud kedewasaan seseorang dalam sebuah hubungan. Hanya orang yang terlalu kekanak-kanakan yang mudah terbakar cemburu dan gampang kehilangan kepercayaan dengan pasangannya.

Kamis, 18 Oktober 2012

Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan.[1] Pada kenyataannya, penerapan proses tersebut masih sangat jauh dari tujuan yang sebenarnya. Manusia yang belum cukup umur dan masih jauh dari kesiapan memenuhi persyaratan menuju pernikahan telah dengan nyata membiasakan tradisi yang semestinya tidak mereka lakukan.


Aktivitas berpacaran

Tradisi pacaran memiliki variasi dalam pelaksanaannya dan sangat dipengaruhi oleh tradisi individu-individu dalam masyarakat yang terlibat. Dimulai dari proses pendekatan, pengenalan pribadi, hingga akhirnya menjalani hubungan afeksi yang ekslusif. Perbedaan tradisi dalam pacaran, sangat dipengaruhi oleh agama dan kebudayaan yang dianut oleh seseorang. Menurut persepsi yang salah, sebuah hubungan dikatakan pacaran jika telah menjalin hubungan cinta-kasih yang ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas seksual atau percumbuan. Tradisi seperti ini dipraktikkan oleh orang-orang yang tidak memahami makna kehormatan diri perempuan, tradisi seperti ini dipengaruhi oleh media massa yang menyebarkan kebiasaan yang tidak memuliakan kaum perempuan. Sampai sekarang, tradisi berpacaran yang telah nyata melanggar norma hukum, norma agama, maupun norma sosial di Indonesia masih terjadi dan dilakukan secara turun-temurun dari generasi ke generasi yang tidak mememiliki pengetahuan menjaga kehormatan dan harga diri yang semestinya mereka jaga dan pelihara.

Rabu, 17 Oktober 2012

Salah satu fungsi niat adalah untuk membedakan antara satu ibadah dengan ibadah yang lain.
Misalnya: seseorang berpuasa bertepatan dengan hari senin pada bulan syawal. bisa jadi itu adalah puasa sunnah hari senin, atau puasa 6 hari di bulan syawal, atau puasa qodho, atau puasa kafarah, atau yang lainnya. Maka untuk menentukan yang mana, didasarkan pada niat yang ada dalam hatinya.
begitu juga dengan ibadah-ibadah yang lain.

seandainya memang benar Imam Syafi’i rahimahullah berpendapat demikian maka kami hanya bisa mengatakan sebagaimana perkataan Imam Malik rahimahullah, “Setiap orang boleh diambil perkataannya dan boleh ditinggalkan kecuali perkataan penghuni kubur ini (yaitu Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam)”. Karena Nabi tidak pernah memeberikan contoh bahkan tidak pernah melafadzkan niat maka mengucapkan niat dihukumi bidah secara mutlak. Sementara setiap bid’ah adlah sesat dan setiap kesesatan tempatnya dineraka, a’adzanallahu minha.





Dari Abu Hurairah -radhiallahu anhu- dia berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَدَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ السَّلَامَ فَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ ثَلَاثًا فَقَالَ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ فَمَا أُحْسِنُ غَيْرَهُ فَعَلِّمْنِي قَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke dalam Masjid, lalu ada seorang laki-laki masuk ke dalam Masjid dan shalat, kemudian orang itu datang dan memberi salam kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab salamnya kemudian bersabda: “Kembali dan ulangilah shalatmu, karena kamu belum shalat!” Orang itu kemudian mengulangi shalat dan kembali datang menghadap kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sambil memberi salam. Namun beliau kembali bersabda: “Kembali dan ulangilah shalatmu karena kamu belum shalat!” Beliau memerintahkan orang ini sampai tiga kali dan akhirnya, sehingga ia berkata, “Demi Dzat yang mengutus tuan dengan kebenaran, aku tidak bisa melakukan yang lebih baik dari itu. Maka ajarilah aku.” Beliau pun bersabda: “Jika kamu mengerjakan shalat maka bertakbirlah, lalu bacalah ayat yang mudah dari Al Qur’an. Kemudian rukuklah hingga benar-benar rukuk dengan tenang, lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak, setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk hingga benar-benar duduk, Setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud, Kemudian lakukanlah seperti cara tersebut di seluruh shalat (rakaat) mu.” (HR. Al-Bukhari no. 793 dan Muslim no. 397)
Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma berkata:
رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افْتَتَحَ التَّكْبِيرَ فِي الصَّلَاةِ فَرَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ يُكَبِّرُ حَتَّى يَجْعَلَهُمَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ فَعَلَ مِثْلَهُ وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَعَلَ مِثْلَهُ وَقَالَ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ وَلَا يَفْعَلُ ذَلِكَ حِينَ يَسْجُدُ وَلَا حِينَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ مِنْ السُّجُودِ
“Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memulai shalat dengan bertakbir. Beliau mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir hingga meletakkan kedua tangannya sejajar dengan pundaknya. Ketika takbir untuk rukuk beliau juga melakukan seperti itu, jika mengucapkan: ‘SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Semoga Allah mendengar siapa yang memuji-Nya) ‘, beliau juga melakukan seperti itu sambil mengucapkan: ‘RABBANAA WA LAKAL HAMDU (Ya Rabb kami, milik Engkaulah segala pujian) ‘. Namun Beliau tidak melakukan seperti itu ketika akan sujud dan ketika mengangkat kepalanya dari sujud.” (HR. Al-Bukhari no. 738 dan Muslim no. 390)
Dari Abu Hurairah -radhiallahu anhu- dia berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ فِي الصَّلَاةِ رَفَعَ يَدَيْهِ مَدًّا
“Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah masuk shalat, beliau mengangkat tinggi-tinggi kedua tangannya.” (HR. Abu Daud no. 753, At-Tirmizi no. 240, dan dinyatakan shahih oleh Ahmad Syakir dalam tahqiqnya terhadap Sunan At-Tirmizi)
Dan ada yang menafsirkan kata مدّا di sini bermakna: Merapatkan jari-jemari dan tidak memisahkannya.

Penjelasan ringkas:
Takbiratul ihram merupakan salah satu dari rukun shalat -berdasarkan hadits Abu Hurairah di atas-, dimana Nabi -alaihishshalatu wassalam- mengajari seseorang mengenai tata cara shalat yang benar. Karena dia adalah rukun, maka shalat dinyatakan tidak syah jika seorang meninggalkan takbiratul ihram, baik dia tinggalkan dengan sengaja maupun karena lupa.
Dan hadits Abu Hurairah serta Ibnu Umar  di atas tegas menunjukkan bahwa Nabi -alaihishshalatu wassalam- tidak pernah membuka shalatnya dengan apapun kecuali dengan takbiratul ihram. Karenanya apa yang diucapkan oleh sebagian orang di zaman ini berupa pelafazhan niat dengan mengatakan ‘nawaitu …’ adalah amalan yang keliru dan bertentangan dengan amalan Nabi -alaihishshalatu wassalam-.
Disunnahkan untuk mengangkat kedua tangan ketika membaca takbiratul ihram, sebagaimana disunnahkan untuk mengangkat kedua tangan saat akan ruku’, bangkit dari ruku’, dan ketika bangkit menuju rakaat ketiga. Semuanya berdasarkan hadits Abdullah bin Umar di atas.
Adapun sifat mengangkat tangan, maka jari jemari pada kedua telapak tangan dirapatkan (bukan dikepalkan), lalu diangkat: Bisa sampai sejajar dengan bahu -sebagaimana dalam hadits Ibnu Umar di atas- dan bisa juga sampai sejajar dengan telinga -berdasarkan dalil lain yang shahih-. Dan jari jemarinya hendaknya menghadap ke arah kiblat.

Minggu, 07 Oktober 2012

Kamu mau menikah kadang selalu aja godaan-godaan yang timbul menjelang pernikahan hingga bisa membatalkan pernikahanmu, sangat di sayang sekali bukan kalau kamu mau menikah dan harus di batalkan padahal semua rencana sudah di persiapkan. Tanggal pernikahan pun juga sudah di tetap kan dan semua undangan sudah di sebar dan semua itu batal hanya kaarena godaan-godaan kecil saja. nah kamu mau tahu Godaan Godaan yang Muncul Menjelang Pernikahan ? Simak berikut ini:


1. Mantan pacar kembali
Sakit hati karena diputus masih terasa. Apalagi jika ia cinta pertama. Godaan ini tentunya akan terasa berat. Rasa untuk kembali, rasa ingin memperbaiki dan menjadi yang terbaik, pasti ingin Anda lakukan. Tetapi ingatlah, bahwa dia orang yang telah menyakiti hati Anda, dan masa lalu tak pernah kembali. Ingatlah orang-orang yang sudah membuat Anda untuk bangkit.





2. Mendadak “laris”
Banyak pria tampan yang tiba-tiba mengajak jalan, atau tiba-tiba merasa klik dengan teman baru. Meski niatnya hanya sekadar mengenal atau menjallin hubungan sahabat, sebaiknya hindari. “Jangan main api jika tidak ingin terbakar.”



3. Kekurangan jadi terlihat
Menjelang detik-detik penrikahan, akan membuat Anda dan pasangan semakin dekat. Sisi negatif pun akan terlihat. Yakinkan diri Anda, apakah sisi negatifnya bisa diterima nantinya, atau justru akan membuat huru hara.


Spoilerfor 4: 
4. Menolak masa lalu
Tak ingin ada rahasia, kalian memutuskan untuk bercerita tentang kejadian di masa lalu. Ternyata keterbukaan dan kejujuran itu mendatangkan masalah. Apalagi jika masa lalunya kelam. Jika Anda memang serius, gunakanlah keikhlasan untuk menerima dia apa adanya, dan yakin kalau dia telah berubah. “Mantan penjahat itu lebih baik dari pada mantan orang baik.”



5. Keuangan terbatas
Mempersiapkan tabungan sebelum menikah itu sangat penting. Berembuklah bersama pasangan tentang tema, gedung atau katering yang akan digunakan. Hindarilah meminjam uang atau utang, karena berpotensi merusak kebahagiaan pasca menikah.



6. Waktu yang singkat
Persiapan pernikahan tidak seperti ujian akhir, yang bisa dikerjakan dengan SKS (Sistem Kebut Semalam). Catatlah semua kebutuhan dan tanggal deadline. Jangan pernah berpikir waktu yang Anda miliki masih panjang.



7. Tiba-tiba ragu
Pernikahan tinggal menghitung hari. Anda mendadak ragu, karena dihantui banyak pertanyaan. Misalnya, apakah ia calon ayah dari anak saya nantinya, apakah saya nantinya akan menghabiskan waktu dengan dia, dan apakah ini pernikahan yang saya impikan. Carilah semua jawaban itu dengan berbicara pada pasangan Anda. Jangan mencari jawaban sendiri, karena nantinya Anda akan hidup berdua.



8. Mendapatkan pekerjaan impian
Ketika Anda sibuk mempersiapkan pernikahan, datang tawaran pekerjaan baru yang sudah dinanti. Tetapi di pekerjaan baru ini, Anda tidak boleh terikat pernikahan. Tentunya ini menjadi pilihan sulit, karier, atau pernikahan?



9. Sering bertengkar
Menjelang hari H, Anda semakin sering bertengkar. Hal kecil mungkin bisa menjadi besar. Biasanya ini karena kecemasan dan kegugupan menjelang hari H. Kuncinya hanya satu yaitu kesabaran.



10. Orang tua tidak kompak
Biasanya ini dipicu sifat orangtua yang dominan. Keluarga pihak pria menginginkan A, tetapi pihak wanita tidak setuju, ia lebih menyukain B. Anda dan pasangan sebaiknya bersiap-siap untuk hal yang satu ini. Meski terlihat sepele, perbedaan persepsi antar orangtua berpotensi memicu perpecahan.

NAMA: SARI SUPRIHATIN
KELAS : VII -A
 
LUTUNG KASARUNG

Kacaturkeun di nagara Pasir Batang, Prabu Tapa Ageung ti praméswari Niti Suwari kagungan putra tujuh, istri wungkul. Nu kahiji kakasihna Purbararang, nu kadua Purbaéndah, nu katilu Purbadéwata, nu kaopat Purbakancana, nu kalima Purbamanik, nu kagenep Purbaleuwih jeung nu katujuh Purbasari.
Ngaraos parantos sepuh, Prabu Tapa Ageung ngersakeun ngabagawan, badé tatapa di leuweung.
Nu dicadangkeun ngagentos ngeuyeuk dayeuh ngolah nagara téh lain Purbararang putra cikal, tapi bet Purbasari, putra bungsu.
Atuh munasabah baé, Purbararang asa kaunghak. Amarahna teu katahan, asa dihina asa ditincak hulu. Purbasari diusir ti dayeuh dibuang ka Gunung Cupu.
Kacaturkeun di Kahiangan, Guruminda, putra déwata cikalna, titisan Guriang Tunggal, ngimpén gaduh garwa anu sarupa jeung Sunan Ambu. Saur Sunan Ambu, “Jung, geura boro pijodoeun hidep. Aya nu sakarupa jeung Ambu. Tapi…ulah torojogan, anggo heula ieu raksukan…lutung!”

Janggélék Guruminda minda rupa jadi lutung, katelah Lutung Kasarung.
Kocap deui di nagara Pasir Batang. Prabu Tapa Ageung ngersakeun hayang tuang daging lutung. Nya nimbalan Léngsér kudu mentés Aki Panyumpit ngala lutung ka leuweung.
Aki Panyumpit gasik ngasruk leuweung néangan lutung. Tapi dadak sakala, leuweung jadi sepi taya sasatoan. Bororaah sato kayaning peucang jeung lutung, sireum ogé taya nu ngarayap cék wiwilanganana mah.
Aki Panyumpit téh méh pegat pangharepan. Barang rék mulang, dina tangkal peundeuy bet kabeneran manggih lutung keur guguntayangan. Ari rék disumpit, celengkeung téh lutung nyoara: “Éh, Aki, bet kaniaya. Ulah disumpit! Kuring téh rék ngaku bapa pulung ka Aki. Hayang betah di dunya, hayang nyaho anu dingaranan karaton.”
“Sukur atuh, sok geura turun,” walon Aki Panumpit bengong, aya lutung bisa ngomong. Singhoréng Lutung Kasarung téa. Déwata minda rupa turun ka dunya.
Lutung Kasarung dibawa ku Aki Panyumpit, dihaturkeun ka karaton. Tapi barang rék dipeuncit, taya pakarang nu teurak. Sang Lutung teu bisa dirogahala. Tungtungna mah, saur Ratu, “Léngsér pasrahkeun baé ka anak kami, sugan butuh keur pibujangeun.”
Nya atuh ku Léngsér dipasrahkeun ka Purbararang. Ari walonna téh bet: “Daék sotéh ngabujangkeun, lamun jalma nu utama. Mun lalaki turunan mantri, ari lutung mah sangeuk teuing!” Deregdeg léngsér ka putra nu kadua, teu ditampa. Ka anu katilu, nya kitu kénéh. Pajarkeun téh, lain teu hayang nampa, ngan sieun ku Si Tétéh.
Léngsér mulang deui ka Purbararang, pokna téh,” Nya sok baé atuh, bisi pajar nampik pasihan rama.”
Lutung kasarung tetep di karaton. Belenyeng lumpat ngintip para mojang nu lalenjang keur ngagembrang ninun.
Keur jarongjong ninun, ari koloprak téh taropong Purbararang moncor ka kolong balé.
“Cing Adi, pangnyokotkeun taropong!”
“Ih, Tétéh, apan boga bujang lutung,” Cék Purbaleuwih.
“Cing lutung pangyokotkeun taropong di kolong balé!”
Deregdeg lutung lumpat. Ulang-ileng, top taropong dicokot. Ari béréwék téh dibébékkeun mani jadi lima, sor disodorkeun!
“Jurig lutung, taropong aing sabogoh-bogoh dibébékkeun! Léngsér! Teu sudi kami mah, anteurkeun Si Lutung ka Si Purbasari di leuweung!”
Jut Léngsér turun, Lutung unggeuk, tuluy nuturkeun. Lutung Kasarung ditampa ku Purbasari.
“Éh Mama Léngsér, geunig Si Tétéh aya kénéh adilna. Kajeun lutung, tamba suwung. Kajeun hideung, tamba keueung nu di leuweung. Kajeun goréng, tamba jempé nu nyorangan. Hatur nuhun béjakeun ka Si Tétéh.”
Tutas haturan, Léngsér mulang ka karaton.
Caturkeun di sisi leuweung. Purbasari ngagolér dina palupuh sabébék, di hateup welit sajalon. Lutung kasarung ngangres ningal kaayaan putri. Rep Sang Putri disirep.
“Utun, urang saré jeung kaula. Kula mah banget ku tunduh!”
“Oaah, Sang Putri, lutung mah tara saré jeung manusa, bisi geuleuheun!”
Reup Putri Purbasari kulem tibra pisan.
“Éh, deudeuh teuing. Putri téh nalangsa pisan. Aing rék nénéda ka Sunan Ambu, neda sapaat para bujangga, niat misalin Sang Putri meungpeung saré,” gerentes Lutung Kasarung, Guruminda mamalihan.
Raksukan digédogkeun, bray baranang siga béntang, kakasépan Guruminda kahiangan. Panejana tinekanan, sajiadna katurutan. Jleg ngajenggléng karatonna, leuwih agréng ti nagara. Purbasari dipangku, diébogkeun dina kasur tujuh tumpang, disimbut sutra banggala, disumpal ku benang emas. Janggélék Gurumiinda jadi lutung deui, tapakur di sisi balé kancana.
Kabeungharan jeung kamulyaan Purbasari di gunung kasampir-sampir ka nagara. Purbararang, nu goréng budi ti leuleutik, nu goréng lampah ti bubudak, beuki tambah sirik, beuki tambah ceuceub. Rupa-rupa akal dikotéktak, sangkan aya alesan keur ngarah pati Purbasari.
Mimitna Purbasari diperih pati, kudu bisa mendet parakan Baranangsiang, leuwi Sipatahunan. Mangka saat sapeuting. Mun teu bukti teukteuk beuheung keur tandonna.
Ku pitulung Lutung Kasarung, dibantu Sunan Ambu jeung para bujangga, ieu tanjakan téh laksana.
Tuluy Purbasari dititah ngala banténg ti leuweung. Ku kasaktén Lutung Kasarung, banténg téh katungtun ku Purbasari ka nagara.
Purbasari dipentés nyieun pakarang tatanén étém bingkeng jeung jarum potong, jeung ditangtang pahadé-hadé ngahuma. Geus tangtu Purbasari dibéré pasir anu pangangar-angarna, ari Purbararang mah di tempat nu hadé. Tapi Purbasari unggul kénéh.
Rupa-rupa ékol Purbararang, antukna Purbasari diajak pangeunah-ngeunah olahan, paloba-loba samping, papanjang-panjang buuk, pageulis-geulis rupa. Tapi rayat jeung jaksa nagara mutus teu weléh Purbasari anu unggul.
Tungtungna Purbararang pinuh ku haté dir jeung ujub, ngajak pakasép-kasép beubeureuh, Sagoréng-goréngna beubeureuh manéhna, da pubuh manusa, kakasih Indrajaya. Sakasép-kasépna beubeureuh Purbasari, lutung.
Purbasari éléh, tenggekna kari saketokkeun diteukteuk.
Cunduk kana waktuna, Lutung Kasarung manggih putri panyileukanana. Putri nu sasorot jeung Sunan Ambu, Purbasari. Lutung Kasarung ngagédogkeun raksukanana, baranyay hurung, janggélék jadi Guruminda deui.
Indrajaya ngamuk, tapi teu bisa majar kumaha, kaungkulan kadigjayaanana.
Purbasari ngadeg ratu di Pasirbatang, jadi praméswari Guruminda. Ari Purbararang jeung sadérékna nu opat deui, dihukum kudu jadi pangangon. Indrajaya mah dihukum jadi pangarit, dibekelan arit timah. Ngan anu pangais bungsu, Purbaleuwih, anu welasan ti baheula ka Purbasari, ditikahkeun ka Ki Bagus Lembu Halang, ciciptaan tina raksukan Lutung Kasarung jadi papatih di Pasir Batang.

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!