Jumat, 14 Maret 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1            LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi yang muncul saat ini merupakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan iptek saat ini meliputi berbagai bidang diantaranya meliputi bidang komunikasi, kesehatan, transportasi dan bidang-bidang lainnya yang semakin kompleks. Bidang transportasi misalnya, jika sebelumnya seseorang harus menempuh waktu berbulan-bulan untuk menuju Mekkah, sekarang hanya membutuhkan waktu beberapa jam saja dengan memanfaatkan pesawat terbang. Contoh lainnya adalah internet. Melalui internet, manusia dapat berkomunikasi antara satu dengan lainnya walaupun berada di belahan dunia lain. Selain itu, kita dapat mengakses berbagai informasi dengan mudah dan cepat tanpa harus bersusah payah mencarinya di perpustakaan, cukup memasukkan kata kunci ke dalam search engine, dalam sekejap kita akan memperoleh banyak informasi. Berkat teknologi, segala kebutuhan manusia dapat dipenuhi dengan mudah dan sekejap. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di satu sisi memang berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat. Dengan ditemukannya mesin jahit, dalam 1 menit bisa dilakukan sekitar 7000 tusukan jarum jahit.
Tapi di sisi lain, tak jarang iptek berdampak negatif karena merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh peradaban Barat satu abad terakhir ini, mencegangkan banyak orang di pelbagai penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan Iptek modern tersebut membuat banyak orang lalu mengagumi dan meniru-niru gaya hidup peradaban Barat tanpa dibarengi sikap kritis terhadap segala dampak negatif dan krisis multidimensional yang diakibatkannya.
Seiring berkembangnya teknologi komunikasi saat ini, maka berbagai pengaruh luar seperti cara pandang, budaya dan ideologipun dapat dengan mudah menyebar khususnya cara pandang sekuler. Hal tersebut terlihat dari mulai berubahnya cara pandang orang terhadap agama. Agama hanya dipandang sebagai aktivitas ritual tanpa implementasi. Kebanyakan orang menilai sesuatu yang baik berdasarkan materi yang dimilikinya. Dalam kasus penutupan situs porno misalnya, masih banyak pemilik warnet yang menentang penggunaan software antiporno karena khawatir penghasilannya berkurang.
Penggunaan teknologi tanpa dilandasi agama hanya akan membawa kemudharatan. Pengguna situs porno misalnya, tidak akan memperoleh manfaat dari aktivitas yang dilakukannya. Mereka akan terpengaruh tontonan tersebut, dan berkeinginan untuk menirunya. Seperti yang sering kita temui dalam berita kriminal, banyak kasus perkosaan yang diawali oleh film porno.
























BAB II
LINGKUNGAN HIDUP
BERWAWASAN IPTEK DAN IMTAQ

2.1 MEMAJUKAN IPTEK BERLANDASKAN IMTAQ
 Perkembangan teknologi yang muncul saat ini merupakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan. Berkat teknologi, segala kebutuhan manusia dapat dipenuhi dengan mudah dan sekejap. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di satu sisi memang berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat. Tapi di sisi lain, tak jarang iptek berdampak negatif karena merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh peradaban Barat satu abad terakhir ini, mencegangkan banyak orang di berbagai penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan Iptek modern tersebut membuat banyak orang lalu mengagumi dan meniru-niru gaya hidup peradaban Barat tanpa dibarengi sikap kritis terhadap segala dampak negatif dan krisis multidimensional yang diakibatkannya. Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk ditengok kembali. Bagaimana agama memberi tuntunan agar kita memperoleh dampak iptek yang positif saja, seraya mengeliminasi dampak negatifnya semiminal mungkin dengan mengintegrasikan antara iman dan taqwa (imtaq) dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
Kemajuan Iptek di Barat, yang didominasi oleh pandangan dunia dan paradigma sains (Iptek) yang positivistik-empirik sebagai anak kandung filsafat-ideologi materialisme-sekuler, pada akhirnya juga telah melahirkan penderitaan dan ketidakbahagiaan psikologis/ruhaniah pada banyak manusia baik di Barat maupun di Timur.    
Seiring berkembangnya teknologi komunikasi saat ini, maka berbagai pengaruh luar seperti cara pandang, budaya dan ideologipun dapat dengan mudah menyebar khususnya cara pandang sekuler. Hal tersebut terlihat dari mulai berubahnya cara pandang orang terhadap agama. Agama hanya dipandang sebagai aktivitas ritual tanpa implementasi. Kebanyakan orang menilai sesuatu yang baik berdasarkan materi yang dimilikinya. Dalam kasus penutupan situs porno misalnya, masih banyak pemilik warnet yang menentang penggunaan software antiporno karena khawatir penghasilannya berkurang. Kenyataan tersebut memperlihatkan bahwa pemilik warnet menganggap materi adalah segala-galanya. Mereka tidak memikirkan efek situs porno bagi ‘penikmatnya’. Tidak hanya itu, mereka juga tidak merasa terbebani secara moral akan uang haram yang diperolehnya karena agama hanya dipandang sebagai aktivitas ritual.

Penggunaan teknologi tanpa dilandasi agama hanya akan membawa kemudharatan. Pengguna situs porno misalnya, tidak akan memperoleh manfaat dari aktivitas yang dilakukannya. Mereka akan terpengaruh tontonan tersebut, dan berkeinginan untuk menirunya. Seperti yang sering kita temui dalam berita kriminal, banyak kasus perkosaan yang diawali oleh film porno. Bila hal ini terus berlanjut, berapa banyak generasi Indonesia yang rusak akibat situs porno dan perkosaan?
Krisis multidimensional terjadi akibat perkembangan Iptek yang lepas dari kendali nilai-nilai moral Ketuhanan dan agama. Krisis ekologis, misalnya: berbagai bencana alam: Tsunami, gempa dan kacaunya iklim dan cuaca dunia akibat pemanasan global yang disebabkan tingginya polusi industri di negara-negara maju; Kehancuran ekosistem laut dan keracunan pada penduduk pantai akibat polusi yang diihasilkan oleh pertambangan mineral emas, perak dan tembaga, seperti yang terjadi di Buyat, Sulawesi Utara dan di Freeport Papua, Minamata Jepang. Kebocoran reaktor Nuklir di Chernobil, Rusia, dan di India, dll. Krisis Ekonomi dan politik yang terjadi di banyak negara berkembang dan negara miskin, terjadi akibat ketidakadilan dan ’penjajahan’ (neo-imperialisme) oleh negara-negara maju yang menguasai perekonomian dunia dan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Islam sebagai agama yang tawazun, tidak melarang manusia memanfatkan berbagai macam teknologi saat ini. Karunia Allah yang tak terhitung banyaknya justru harus dimanfaatkan sebagi wujud syukur kita kepadaNya. Bumi dan seluruh isinya masih menjadi misteri, masih banyak hal-hal yang belum kita ketahui. Oleh karena itu, sebagai khalifah manusia perlu mengungkap seluruh nikmat Allah yang masih tersembunyi dengan Ilmu pengetahuan sebagai wujud syukur manusia kepada-Nya. Ilmu pengetahuan tersebut dikembangkan menjadi teknologi yang mampu mempermudah hidup manusia. Tidaklah heran bila Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu, bahkan Allah akan memberikan karunia yang melimpah bagi orang tersebut. Allah berfirman;

“….Allah akan mengangkat derajat orang-orang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu di antara kamu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Mujadilah: 11).

Akhlak yang baik muncul dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT Sumber segala Kebaikan, Keindahan dan Kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT hanya akan muncul bila diawali dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan Allah SWT dan terhadap alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi) sifat-sifat Ke Maha Muliaan, Kekuasaan dan Keagungan-Nya. Islam, sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan Ipteknya hanya untuk kepentingan duniawi yang ’matre’ dan sekular, maka Islam mementingkan pengembangan dan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah SWT dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil ’Alamin).
Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk ditengok kembali. Dapatkah agama memberi tuntunan agar kita memperoleh dampak iptek yang positif saja, seraya mengeliminasi dampak negatifnya semiminal mungkin dengan mengintegrasikan antara iman dan taqwa (imtaq) dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). 

2.2  PENGARUH IPTEK TERHADAP IMTAQ
Pengertian, manfaat, dan pengaruh iptek terhadap imtaq 
Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang fakta-fakta ilmiah, maka kemungkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran terhadap ajaran agama tersebut. Bila ada ’ilmu pengetahuan’ yang menentang prinsip-prinsip pokok ajaran agama Islam maka yang salah adalah tafsiran filosofis atau paradigma materialisme-sekular yang berada di balik wajah ilmu pengetahuan modern tersebut.
IPTEK dan IMTAQ
Keutamaan IPTEK tercantum dalam Al-Quran surah:
  • Al Mujadalah: 11
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,’Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, ‘ maka lapangkanlah, niscaya Allah akan Memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah kamu,’ maka berdirilah, niscaya Allah akan Mengangkan derajat orang-orang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.”
  • Az Zumar: 9
“(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut akan adzab akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, ‘apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sebenarnya hanya orang-orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.”
  • Al Baqarah: 269
“Dia Memberikan hikmah102 kepada siapa saja yang Dia Kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal sehat.”
(102 Hikmah adalah kemampuan untuk memahami syariat-syariat agama.)



           Selama 20 tahun terakhir, jumlah kaum Muslim di dunia telah meningkat secara perlahan. Angka statistik tahun 1973 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Muslim dunia adalah 500 juta; sekarang, angka ini telah mencapai 1,5 miliar. Kini, setiap empat orang salah satunya adalah Muslim. Bukanlah mustahil bahwa jumlah penduduk Muslim akan terus bertambah dan Islam akan menjadi agama terbesar di dunia. Peningkatan yang terus-menerus ini bukan hanya dikarenakan jumlah penduduk yang terus bertambah di negara-negara Muslim, tapi juga jumlah orang-orang mualaf yang baru memeluk Islam yang terus meningkat, suatu fenomena yang menonjol, terutama setelah serangan terhadap World Trade Center pada tanggal 11 September 2001. Serangan ini, yang dikutuk oleh setiap orang, terutama umat Muslim, tiba-tiba saja telah mengarahkan perhatian orang (khususnya warga Amerika) kepada Islam. Orang di Barat berbicara banyak tentang agama macam apakah Islam itu, apa yang dikatakan Al Quran, kewajiban apakah yang harus dilaksanakan sebagai seorang Muslim, dan bagaimana kaum Muslim dituntut melaksanakan urusan dalam kehidupannya. Ketertarikan ini secara alamiah telah mendorong peningkatan jumlah warga dunia yang berpaling kepada Islam. Demikianlah, perkiraan yang umum terdengar pasca peristiwa 11 September 2001 bahwa “serangan ini akan mengubah alur sejarah dunia”, dalam beberapa hal, telah mulai nampak kebenarannya. Proses kembali kepada nilai-nilai agama dan spiritual, yang dialami dunia sejak lama, telah menjadi keberpalingan kepada Islam.
         Hal luar biasa yang sesungguhnya sedang terjadi dapat diamati ketika kita mempelajari perkembangan tentang kecenderungan ini, yang mulai kita ketahui melalui surat-surat kabar maupun berita-berita di televisi. Perkembangan ini, yang umumnya dilaporkan sekedar sebagai sebuah bagian dari pokok bahasan hari itu, sebenarnya adalah petunjuk sangat penting bahwa nilai-nilai ajaran Islam telah mulai tersebar sangat pesat di seantero dunia. Di belahan dunia Islam lainnya, Islam berada pada titik perkembangan pesat di Eropa. Perkembangan ini telah menarik perhatian yang lebih besar di tahun-tahun belakangan, sebagaimana ditunjukkan oleh banyak tesis, laporan, dan tulisan seputar “kedudukan kaum Muslim di Eropa” dan “dialog antara masyarakat Eropa dan umat Muslim.”

        Mengapa kita harus menguasai IPTEK? Ada tiga alasan mengapa kita harus menguasai IPTEK, yaitu:
  • Ilmu yang tadinya milik Islam diboyong oleh negara-negara Barat (atau dengan kata lain dicuri). Negara-negara Barat ingin Islam jatuh dalam keterpurukan.
  • Mencegah penjajahan kaum lain. Masih ingat bagaimana Indonesia dijajah oleh Belanda berpuluh-puluh tahun silam? Ya, hal itu disebabkan diantaranya karena rakyat Indonesia saat itu masih bodoh, sehingga mudah ditipu dan diadu-domba, sehingga mudah pulalah kita dijajah.
  • Terdapat upaya-upaya melemahkan umat Islam dari pemikiran kemajuan IPTEK oleh bangsa barat.
  •  
          Dampak IPTEK bagi Islam tentu ada dua jenis. Pertama, dampak positif. Seperti apa? Coba kita lihat berbagai media yang menyajikan program-program seperti SMS Hadits, PocketQuran di Internet, atau berbagai posting islami.
Jika terdapat dampak positif, tentu kita pun akan membicarakan tentang kebalikannya. Dampak negatif teknologi sangatlah banyak jika dibadingkan dengan dampak positifnya. Mengapa? Karena zaman ini teknologi telah banyak dikuasai bangsa barat. Coba tengok ke Internet. Dimana-mana pastilah banyak posting-posting yang bertentangan dengan Islam. Bahkan, seolah mengajak kita meninggalkan Islam. Lihat ke TV, benda yang paling sering kita gunakan. Acara-acara yang notabene seru ditayangkan di saat-saat kita harus beribadah, bukan? Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi akhlaq kita untuk menunggalkan shalat.
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa ingin dunia hendaklah ia berilmu, barangsiapa ingin akhirat hendaklah ia berilmu, dan barangsiapa ingin keduanya hendaklah ia berilmu.” (HR Ahmad).

Bagaimana dengan IMTAQ?

          IPTEK harus berimbang dengan IMTAQ. Jika kita bertanya, mana yang harus dimiliki terlebih dulu? Apa jawaban anda? Menurut saya, tentu saja IPTEK. Mengapa? Anda jangan berpikir bahwa yang namanya IPTEK itu hanya sebatas teknologi. Bukankah cara membaca Al Quran, cara Shalat, cara berwudlu, dan lain-lain itu juga merupakan IPTEK? Bagaimana kita bisa ibadah jika ilmu untuk beribadah itu pun kita tak punya? Namun, tetap saja, jika kita telah mendapatkan IPTEK, segeralah imbangi diri anda dengan IMTAQ.

2.3 DAMPAK KEMAJUAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (IPTEK)    TERHADAP KEHIDUPAN MANUSIA DAN SISTEM PENDIDIKAN.
Nana Syaodih S. (1997: 67) menyatakan bahwa sebenarnya sejak dahulu teknologi sudah ada atau manusia sudah menggunakan teknologi. Kalau manusia pada zaman dulu memecahkan kemiri dengan batu atau memetik buah dengan galah, sesungguhnya mereka sudah menggunakan teknologi, yaitu teknologi sederhana.
lebih jelas dan lengkap tentang definisi teknologi yaitu cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indera, dan otak manusia. Dari beberapa pengertian di atas nampak bahwa kehidupan manusia tidak terlepas dari adanya teknologi. Artinya, bahwa teknologi merupakan keseluruhan cara yang secara rasional mengarah pada ciri efisiensi dalam setiap kegiatan manusia.
Seseorang menggunakan teknologi, karena menusia berakal. Dengan akalnya ia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih mudah, lebih aman, dan lebih-lebih yang lain.Perkembangan teknologi terjadi bila seseorang menggunakan alat dan akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya. Sebagai contoh dapat dikemukakan pendapat pakar teknologi "dunia" terhadap pengembangan teknologi.


Menurut B.J. Habiebie (1983: 14) ada delapan wahana transformasi yang menjadi prioritas pengembangan teknologi, terutama teknologi industri, yaitu :
(1) pesawat terbang,
 (2) maritim dan perkapalan,
(3) alat transportasi,
(4) elektronika dan komunikasi,
(5) energi,
(6) rekayasa ,
(7) alat-alat dan mesin-mesin pertanian, dan
(8) pertahanan dan keamanan.

2.4 Ekosistem alam akibat dari kemajuan iptek.
Kalaupun iptek mampu mengungkap semua tabir rahasia alam dan kehidupan, tidak berarti iptek sinonim dengan kebenaran. Sebab iptek hanya mampu menampilkan kenyataan. Kebenaran yang manusiawi haruslah lebih dari sekedar kenyataan obyektif. Kebenaran harus mencakup pula unsur keadilan. Tentu saja iptek tidak mengenal moral kemanusiaan,oleh karena itu iptek tidak pernah bisa mejadi standar kebenaran ataupun solusi dari masalah-masalah kemanusiaan.
Dari segala dampak terburuk dari perkembangan iptek adalah dampak terhadap perilaku dari manusia penciptanya. Iptek telah membuat sang penciptanya dihinggapi sikap over confidence dan superioritas tidak saja terhadap alam lingkungan melainkan pula terhadap sesamanya. Eksploitasi terhadap alam dan dominasi pihak yang kuat (negara Barat) terhadap pihak yang lemah (negara dunia ketiga) merupakan ciri yang melekat sejak lahirnya revolusi industri.
Oleh karena itu, dalam menghadapi fenomena ini pemerintah dianggap perlu mengembangkan suatu sistem pendidikan yang berbasis pada perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi tersebut. Tujuannya sangat sederhana, membuat pelajar-pelajar di negeri kita dapat bersaing dan mengejar ketertinggalan dari pelajar di negeri maju tanpa perlu kehilangan nilai-nilai kemanusian dan budaya yang kita miliki. Atau dengan kata lain, peserta didik di jenjang pendidikan dasar perlu diarahkan dan dibekali pendidikan teknologi guna menuju masyarakat yang "melek teknologi" yaitu bercirikan mampu mengenal, mengerti, memilih, menggunakan, memelihara, memperbaiki, menilai, menghasilkan produk teknologi sederhana, dan peduli terhadap masalah yang berkaitan dengan teknologi.

Bahan kajian yang diperuntukkan bagi jenjang pendidikan dasar dapat mencakup ranah teknologi dan masyarakat, produk teknologi, serta perancangan dan pembuatan karya teknologi sederhana. Agar perolehannya bermakna, maka pembelajaran kurikulum pendidikan teknologi hendaknya berintikan pemecahan masalah dengan pendekatan empat pilar belajar, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.
Hal ini amat selaras dengan Soedijarto (2000: 69) yang merekomendasikan bahwa untuk memasuki abad ke-21 dalam proses pembelajaran diperlukan:

(1) learning to know, yaitu peserta didik akan dapat memahami dan menghayati bagaimana suatu pengetahuan dapat diperoleh dari fenomena yang terdapat dalam lingkungannya. Dengan pendekatan ini diharapkan akan lahir generasi yang memiliki kepercayaan bahwa manusia sebagai kalifah Tuhan di bumi diberi kemampuan untuk mengelola dan mendayagunakan alam bagi kemajuan taraf hidup manusia,

(2) learning to do, yaitu menerapkan suatu upaya agar peserta didik menghayati proses belajar dengan melakukan sesuatu yang bermakna,

(3) learning to be, yaitu proses pembelajaran yang memungkinkan lahirnya manusia terdidik yang mandiri, dan

(4) learning to live together, yaitu pendekatan melalui penerapan paradigma ilmu pengetahuan, seperti pendekatan menemukan dan pendekatan menyelidik akan memungkinkan peserta didik menemukan kebahagiaan dalam belajar.

Hal yang juga tak kalah pentingnya dalam mendukung sistem pendidikan berbasis teknologi itu adalah menyelaraskan pengajaran iptek dengan iman dan taqwa (imtaq). Karena bagaimanapun, kecerdasan seseorang tidak akan membawa dampak positif yang berarti apabila mereka tidak bermoral. Mereka bisa saja menjadi ahli kimia yang handal, akan tetapi tanpa dibekali moral, kemampuan mereka hanya akan digunakan untuk menciptakan senjata-senjata kimiawi yang dapat menghancurkan umat manusia. Sebaliknya dengan moral yang baik, mereka dapat menemukan bahan bakar alternatif yang dapat bermanfaat di tengah krisis minyak yang terjadi di dunia pada abad ini.
 Soedijarto (1993:125) mengemukakan bahwa dalam menghadapi abad ke-21 ada tiga indikator utama dari hasil pendidikan yang bermutu dan tercermin dari kemampuan pribadi lulusannya, yaitu :
1) kemampuan untuk bertahan dalam kehidupan,
2) kemampuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan baik dalam segi
social budaya  dalam segi politik dalam segi ekonomi maupun dalam segi fisik biologis
 3) kemampuan untuk belajar terus pada pendidikan lanjutan.

Atas dasar landasan pemikiran tersebut di atas, maka ruang lingkup kajian pendidikan teknologi yang dikembangkan dapat mencakup sebagai berikut:

(1) pilar teknologi, yaitu aspek-aspek yang diproses untuk menghasilkan sesuatu produk teknologi yang merupakan bahan ajar tentang: materi/bahan,energi,dan informasi.

(2) domain teknologi, yaitu suatu fokus bahan kajian yang digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan bahan pelajaran yang terdiri atas :
(a) teknologi dan masyarakat (berintikan teknologi untuk kehidupan sehari-hari,  
     industri, profesi, dan lingkupan hidup).

(b) produk teknologi dan sistem (berintikan bahan, energi dan informasi).

(c) perancangan dan pembuatan karya teknologi (berintikan gambar dan
     perancangan, pembuatan dan kaji ulang perancangan),
(3) area teknologi, yaitu batas kawasan teknologi dalam program pendidikan.

Dengan ketiga ruang lingkup ini, maka pada dasarnya dalam pembelajaran pendidikan teknologi peserta didik akan memiliki kemampuan-kemampuan dalam hal:
(1) menggunakan dan memelihara produk teknologi,
 (2) menyadari tentang proses teknologi dengan prinsip kerjanya,
(3) menyadari dampak teknologi terhadap manusia,
(4) mampu "mengevaluasi" proses dan produk teknologi, dan
5) mampu membuat hasil teknologi alternatif yang disederhanakan bahkan yang paling sederhana.

Agar perolehan peserta didik menjadi bermakna, maka pendidikan teknologi harus dirancang dengan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan kemampuan memecahkan masalah, mampu berpikir alternatif, dan mampu menilai sendiri hasil karyanya.


BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Guna mempersiapkan sumber daya manusia yang handal dalam memasuki era kesejagadan, yang salah satunya ditandai dengan sarat muatan teknologi, salah satu komponen pendidikan yang perlu dikembangkan adalah kurikulum yang berbasis pendidikan teknologi di jenjang pendidikan dasar.
            Bahan kajian ini merupakan materi pembelajaran yang mengacu pada bidang-bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di mana peserta didik diberi kesempatan untuk membahas masalah teknologi dan kemasyarakatan, memahami dan menangani produk-produk teknologi, membuat peralatan-peralatan teknologi sederhana melalui kegiatan merancang dan membuat, dan memahami teknologi dan lingkungan.
Kemampuan-kemampuan seperti memecahkan masalah, berpikir secara alternatif, menilai sendiri hasil karyanya dapat dibelajarkan melalui pendidikan teknologi. Untuk itu, maka pembelajaran pendidikan teknologi perlu didasarkan pada empat pilar proses pembelajaran, yaitu: learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.
Untuk melengkapi kecerdasan iptek para pelajar, diperlukan pula penyelarasan pengajaran iptek dengan pengajaran imtaq. Sehingga terbentuklah manusia-manusia cerdas dan bermoral yang dapat menghasilkan berbagai teknologi yang bermanfaat bagi umat manusia.



Categories:

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!