Jumat, 28 Maret 2014

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pengembangan berbagai produk olahan hasil perikanan dapat dijadikan alternative  menumbuhkan kebiasaan mengkonsumsi ikan bagi masyarakat Indonesia, sekaligus merupakan upaya untuk meningkatkan nilai gizi masyarakat. Salah satu bentuk dari produk olahan ikan tersebut adalah bakso ikan.
Bakso merupakan produk olahan dari daging yang cukup digemari masyarakat. Pada umumnya bakso dibuat dari daging sapi, tetapi akhir – akhir ini banyak dijumpai di pasaran bakso dibuat dari daging ikan. Jenis ikan yang sering dipergunakan untuk bahan pembuatan bakso adalah ikan tengiri maupun ikan kakap. Pada dasarnya, hamper semua jenis ikan dapat dimanfaatkan sebagai pembuatan bakso. Ikan hiu dan ikan pari yang berbau tidak sedap, juga dapat digunakan untuk membuatan bakso, dengan cara menghilangkan bau tidak sedap melalui proses pencucian urea yang ada pada daging ikan tersebut, sebelumdiolah daging ikan harus terlebih dahulu dibuat surimi yaitu daging ikan yang telah dipisah dari duri dan dikemas,yang siap disatukan dengan bahan – bahan lainnya untuk diolah menjadi bakso ikan.
                                                                                    
B.     Tujuan
Adapun tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai pembuatan Bakso ikan serta untuk memenuhi salah satu tugas pelajaran keterampilan tentang pengelolaan hasil laut.

C.    Rumusan Masalah
            Adapun yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini adalah bagaimana cara pembuatan Bakso ikan?
            Berdasarkan kebiasaan masyarakat yang kebanyakan sering mengkonsumsi bakso berbahan dasar daging sapi.
BAB II
PEMBAHASAN

a.      Bahan Yang Diperlukan
·         Bahan:
·         250 gram daging ikan tenggiri, dihaluskan
·         25 gram sagu 
·         50 gram tepung kanji
·         30 ml air es

 Bumbu Halus:
·         1 sendok teh garam
·         2 siung bawang putih
·         1/2 sendok teh merica

KUAH BAKSO
·         Bahan:
·         1500 ml kaldu sapi
·         2 sendok makan daun bawang, iris halus
·         2 sendok makan daun seledri, iris halus
·         3 sendok makan bawang goreng
·         2 sendok makan minyak goreng

Bumbu Halus:
·         3 siung bawang putih
·         1 sendok teh merica bubuk
·         1 1/2 sendok teh garam

b.      Alat Yang Digunakan
·         Cobek
·         Penggilingan
·         Sendok makan
·         Baskom
·         Talenan
·         Pisau
c.       Motede Pengolahan
1.      Ikan d bersihan pisahkan kulitnya
2.      Di lumatkan dengan sendok
3.      Di haluskan dengan pengglingan
4.      Di simpan di prezzer
d.      Hasil
1.      Warna berubah menjadi putih kusam
2.      Berat berkurang
e.       Rincian Biaya
1) Ikan kakap 1 kg @Rp 15.000               :Rp 15.000
2) Tepung tapioca 3 kg @Rp 7.000          :Rp 21.000
3) Bawang putih ½ kg @Rp 7.000           :Rp 35.00
4) Bawang merah ½ kg @Rp 5.000         :Rp 2.500
5) Merica ½ kg                                          :Rp 2.500
6) Garam 1 bungkus                                  :Rp 2.500
7) Es batu 4 buah                                      :Rp 4.000




f.       Pembagian Tugas
No
Nama
Jenis Kegiatan
1.
Sinta
Melumatkan ikan dan menghaluskan
2.
Indra
Membershkan peralatan dan melumat ikan
3.
Bella
Menghaluskan dan  membersihkan alat
4.
Syukron
Membersihkan peralatan dan  menghaluskan ikan













BAB III
PENUTUP
            Kami bersyukur ke hadirat Illahi robbi bahwa dengan segala daya upaya akhirnya laporan ini terselesaikan.   Namun demikian kami berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi yang membacam dan besar haparan kami atas penyusunan laporan ini bermanfaat khususnya untuk kami dan umumnya kepada siswa-siswi SMA NEGERI 1 PANGANDARAN.
            Serta kami tidak akan menutup hati atas kritikan dan saran guna menyempurnakan laporan ini,karena kami sadar akan segala kekurangan dalam penyusunan laporan ini.

a.         Kesimpulan
          Kebanyakan nelayan hanya memiliki satu jenis alat tangkap yang cocok untuk musim tertentu saja, sehingga tidak bisa melaut pada musim lain. Sementara itu diversifikasi teknologi dan usaha sangat penting bagi nelayan kecil dalam mengantisipasi perubahan musim. Begitu pula diversifikasi pengolahan ikan adalah dengan membuat bakso ikan, dimana makanan ini sudah sangat melekat di masyarakat. Bakso yang biasanya berisi daging sapi kini bisa dibuat dari ikan dengan kandungan gizi tidak kalah dengan daging sapi.






b.                       Saran
Setelah mengetahui cara pembuatan bakso ikan, penulis menyarankan untuk mencoba membuat bakso ikan dengan alasan :
1)        Kandungan nutrisi ikan sama dengan daging sapi.
2)        Bakso sangat popular di masyarakat, sehingga orang yang kurang suka terhadap ikan tetapi apabila diberi saran untuk mencoba baso ikan mungkin mau memakannya.
3)        Pengusahan bakso ikan masih sedikit, sehingga bisa dijadikan salah satu usaha bagi para masyarakat yang memang tidak memiliki keterampilan khusus terutama di bidang akademik.
4)        Bahan baku, mudah didapat khususnya kita yang ada didaerah pantai.












LAMPIRAN

http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQRHwAu0eGS6iW6FAlWUUIbGOlAVwo7hHSHoAVkriVL4zNF5VA


http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQEDQxa6Y_5ISRY7wTy1jO37ojZsE2-bS1igvKO_BpekRG_ojFBJw


http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTGCPxK2WbBB3z5jRlBzQqOD04EsdK31FSrIfjVcMbA67Jgot3S

http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRxvMEqOJ04aCE2LUtc-mcWWe_j4kL96B7ROj-ktSZercTDwXMt





DAFTAR PUSTAKA

http://dapurpunyaku.blogspot.com/2010/03/resep-bakso-ikan.html

BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
              Hampir setiap bangsa di dunia memiliki harapan dan cita-cita untuk hidup lebih baik, termasuk konsep nilai-nilai dasar yang dianut bersama sebagai tatanan kehidupan bersama dalam bentuk hukum dasar (konstitusi). Setiap bangsa akan memilih jalannya masing-masing berdasarkan prinsip-prinsip dasar sebagai produk kesepakatan bersama seluruh rakyat, kemudian disahkan sebagai hukum dasar tertinggi dalam menyelenggarakan kehidupan berbangsa dan bernegara.
       Indonesia sebagai satu bangsa juga demikian, memiliki hukum dasar yang disebut Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang disusun oleh para pendiri negara (founding fathers). UUD 1945 sudah empat kali diamandemen oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), tetapi banyak pengamat menilai hasil amandemen belum sepenuhnya menjamin penyelenggaraan ketatanegaraan yang lebih baik, karena belum lengkap dan sistematis sebagai satu hukum dasar yang komprehensif. “Lengkap” berarti konstitusi itu mampu mengakomodir dan melindungi hak-hak fundamental rakyat, mengatur secara jelas dan tegas fungsi serta kewenangan para penyelenggara negara (eksekutif, legislatif, dan yudikatif), serta tidak mengandung kepentingan.
kelompok tertentu. Sedangkan, “sistematis” mengandung arti, bahwa konstitusi harus memiliki paradigma yang jelas, serta rumusan pasal-pasalnya disusun secara runtut yang tidak saling bertentangan satu dengan yang lain, sehingga tidak menimbulkan multi-tafsir yang dapat menimbulkan persoalan di kemudian hari.
Dilakukannya amandemen UUD 1945, karena sejak awal para pendiri negara (founding fathers) secara eksplisit sudah menyatakan bahwa UUD 1945 adalah konstistusi yang bersifat sementara. Untuk itu, disiapkan Pasal 37 sebagai instrumen untuk melakukan perubahan sesuai dengan kondisi bangsa. Reformasi UUD 1945 perlu dilakukan, bukan hanya pada sifat kesementaraannya, tetapi juga adanya persoalan elementer pada substansi rumusan pasal-pasalnya. Begitu fleksibelnya beberapa pasal UUD 1945 asli, sehingga penguasa Orde Lama dan Orde Baru begitu bebas menafsirkan sesuai dengan kepentingan kekuasaannya. Bahkan, Soeharto seolah-olah mempersonifikasikan dirinya dengan UUD 1945, sehingga bila ada yang mengkritik kebijakannya, dianggap menentang Pancasila dan UUD 1945 yang harus ditumpas.
Sebagai perbandingan, Amerika Serikat sampai tahun 1971 sudah melakukan dua puluh enam kali amandemen, sebagai refleksi dari keinginan menyusun konstitusi yang lengkap dan sistematis. Konstitusi Amerika yang dibuat pada tahun 1787, meskipun merdeka sejak tanggal 4 Juli 1776, tetapi baru sebelas tahun kemudian terpikirkan untuk membuat konstitusi yang lengkap dan sistematis. Bahkan, sepuluh amandemen pertama merupakan amandemen khusus tentang HAM.
Bandingkan dengan amandemen Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang hanya dilakukan empat kali. Amandemen pertama disahkan pada tanggal 19 Oktober 1999 (ST-MPR 999); amandemen kedua disahkan tanggal 18 Agustus 2000 (ST-MPR 2000); amandemen ketiga disahkan tanggal 9 November 2001 (ST-MPR 2001); dan amandemen keempat disahkan pada tanggal 10 Agustus 2002 (ST-MPR 2002). Dari empat kali amandemen, maka UUD 1945 terdiri atas: 20 Bab, 62 Pasal, 192 ayat, 3 Pasal Aturan Tambahan, dan 2 Pasal Aturan Peralihan, tetapi tidak ada lagi “penjelasan” pasal.
1.2     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah awal naskah UUD 1945?
2.      Bagaimana proses amandemen?
3.  Bagaimana kelebihan dan kekurangan setiap pasal UUD 1945 yang sudah atau belum di amandemen?

1.3   Tujuan Pembahasan
Dengan selesainya masalah ini penulis bertujuan untuk memberi wawasan pengetahuan tentang kelebihan dan kekurangan UUD 1945 yang sudah atau belum di amandemen. Dan selain dari pada itu,kami juga bertujuan untuk memenuhi tugas Konsep Dasar PKN.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... .... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. .... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ .... 1
1.1    Latar Belakang Masalah....................................................................... .... 1
1.2    Rumusan Masalah................................................................................. .... 2
1.3    Tujuan Pembahasan.............................................................................. .... 3
BAB 11 SISTEMATIKA PENULISAN...................................................... .... 4
BAB 111 PEMBAHASAN ........................................................................... .... 5
3.1 Sejarah Awal naskah UUD 1945 .......................................................... .... 5
3.2 Proses Amandemen .............................................................................. .... 9
3.3 Kelebihan dan Kekurangan setiap pasal UUD 1945 yang belum
      dan sudah di amandemen...................................................................... .... 23
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... .... 55
4.1 Kesimpulan ........................................................................................... .... 55
4.2 Saran ..................................................................................................... .... 55
PENUTUP...................................................................................................... .... 57
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... .... 58

Kerjaan Saya Hari ini adalah ngeprint makalah yang sudah di siapkan tapi setelah Saya cek Ternyata makalahnya masih  acak acakan , mau tidak mau Saya harus bereskan dan rapihkan pekerjaan ini agar pelanggan merasa puas.

ini dia untuk kata pengantarnya yang nanti bisa Saya share sekedar untuk contoh..

ini dia,...

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang mana atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SETIAP PASAL UUD 1945 YANG SUDAH ATAU BELUM DI AMANDEMEN” ini dengan baik meskipun masih jauh dari sempurna.
Sholawat beserta salam tak lupa pula penulis haturkan kepada junjungan kita nabi agung YAKNI nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita semua dari alam kejahilan ke alam yang terang benderang yang di sinari oleh ilmu pengetahuan, iman dan islam.
Penulis tak lupa pula mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini. penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis sadar dalam penulisan makalah ini,masih banyak kekurangan, .untuk itu,penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.


Pangandaran, 26 Maret 2014

Penyusun

Jumat, 14 Maret 2014

Kliping
Teater Tradisional


Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigVpyW5AgRVM8grQ576O-wbAs1htxPFgFC5GS4v3qQz-iK4Y47noQX2t1P07CuWzLMDAQTDT8DaCkEAz3hHzanEiY0Ymrc9sBcqdfXy9vZ50-ZStl7-4PVXvyOr8xnk5NM84Dp9Y305ENI/s320/theater-logo.jpg



Disusun oleh:
RONI FRANSISKA
KELAS XI.IPS.3

SMA NEGERI 1 PANGANDARAN
Jl.Raya Babakan No.129 Telpon (0265)639355
Pangandaran 46396
Teater Tradisional
Teater Tradisional adalah bentuk pertunjukan yang pesertanya dari daerah setempat karena terkondisi dengan adat istiadat, sosial masyarakat dan struktur geografis masing-masing daerah
Indonesia kaya akan seni Seni merupakan unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar perkembangan manusia sebagai pencipta dan penikmat karya seni.  Karya seni dapat dilihat dari bentuk pakaian dan rias, jenis makanan dan hidangan, jenis-jenis pertunjukan, berbagai upacara adat dan prosesinya, dan lain-lain, Salah satunya adalah sebi pertunjukan yaitu bentuk teater. Seni Teater adalah seni yang kompleks, artinya dapat bekerjasama dengan cabang seni lainnya. Di Indonesia mempunyai dua teater, diataranya adalah
1.     Ketoprak
Ketoprak (bahasa Jawa: kethoprak) adalah sejenis seni pentas yang berasal dari Jawa. Dalam sebuah pentasan ketoprak, sandiwara yang diselingi dengan lagu-lagu Jawa, yang diiringi dengan gamelan disajikan.
Tema cerita dalam sebuah pertunjukan ketoprak bermacam-macam. Biasanya diambil dari cerita legenda atau sejarah Jawa. Banyak pula diambil cerita dari luar negeri. Tetapi tema cerita tidak pernah diambil dari repertoar cerita epos (wiracarita): Ramayana dan Mahabharata. Sebab nanti pertunjukkan bukan ketoprak lagi melainkan menjadi pertunjukan wayang orang.

Description: http://www.mediaindonesia.com/mediatravelista/spaw/uploads/images/article/image/2010_07_22_11_06_12_Ketoprak.jpg

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg80n7GPmhBK9qy54-YdUE7UcTI9gzvMZVi80a4gnI6Ydrm-Z6hzHQsfz6hhxLtVD4_7BNrbdFsunUa8UgZopJj8aobdH6Oul7MbacKo9pj_KEcXKIBCLbna0bUbafWJB8OxJgRLNccKSzX/s320/Ketoprak-Eksel-2-470x290.jpg
Description: http://v-images2.antarafoto.com/rp_sb_1272169205_re_455x291.jpg
2.     Ludruk
Ludruk adalah kesenian drama tradisional dari Jawa Timur. Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di gelarkan disebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik.
Dialog/monolog dalam ludruk bersifat menghibur dan membuat penontonnya tertawa, menggunakan bahasa khas Surabaya, meski kadang-kadang ada bintang tamu dari daerah lain seperti Jombang, Malang, Madura, Madiun dengan logat yang berbeda. Bahasa lugas yang digunakan pada ludruk, membuat dia mudah diserap oleh kalangan non intelek (tukang becak, peronda, sopir angkutan umum, etc).
Sebuah pementasan ludruk biasa dimulai dengan Tari Remo dan diselingi dengan pementasan seorang tokoh yang memerakan "Pak Sakera", seorang jagoan Madura.
Kartolo adalah seorang pelawak ludruk legendaris asal Surabaya, Jawa Timur. Ia sudah lebih dari 40 tahun hidup dalam dunia seni ludruk. Nama Kartolo dan suaranya yang khas, dengan banyolan yang lugu dan cerdas, dikenal hampir di seluruh Jawa Timur, bahkan hingga Jawa Tengah.
Ludruk berbeda dengan ketoprak dari Jawa Tengah. Cerita ketoprak sering diambil dari kisah zaman dulu (sejarah maupun dongeng), dan bersifat menyampaikan pesan tertentu. Sementara ludruk menceritakan cerita hidup sehari-hari (biasanya) kalangan wong cilik.
Description: http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRQdyVKhXSCr4Xk-xV0ybDcPAkUZdgP1ezEbmOGh6vqfJahJJ2w9MvPC6YL
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVw3ATrCRjxNlaC_6nTs_Tt1x0cf2nz6g38NJ2arsJa3qJRIczsLfsZY8ZCAvQKqSpkTHC3byI_HFDQkoDjwjpfc7BXfPd9JYjYgkEqMyHhyphenhyphennG_wgSmfGQfCewPv6ds-UF54k5y6nWHW7F/s320/ludruk-irama-budaya.jpg

3.     Lenong
Lenong adalah teater tradisional Betawi. Kesenian tradisional ini diiringi musik gambang kromong dengan alat-alat musik seperti gambang, kromong, gong, kendang, kempor, suling, dan kecrekan, serta alat musik unsur Tionghoa seperti tehyan, kongahyang, dan sukong. Lakon atau skenario lenong umumnya mengandung pesan moral, yaitu menolong yang lemah, membenci kerakusan dan perbuatan tercela. Bahasa yang digunakan dalam lenong adalah bahasa Melayu (atau kini bahasa Indonesia) dialek Betawi

Description: http://lh4.ggpht.com/equshay/SQMyEKqAnkI/AAAAAAAABEM/V2ErU3ZZyQs/s800/A%20LENONG%20DANCER%20AND%20A%20JOKER%20copyrights%20Eki%20Akhwan.jpg
Description: http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2009/09/24/3501941p.jpg


4.     Randai
Randai dalam sejarah Minangkabau memiliki sejarah yang lumayan panjang. Konon kabarnya ia sempat dimainkan oleh masyarakat Pariangan, Tanah Datar ketika mesyarakat tersebut berhasil menangkap rusa yang keluar dari laut. Randai dalam masyarakat Minangkabau adalah suatu kesenian yang dimainkan oleh beberapa orang dalam artian berkelompok atau beregu, dimana dalam randai ini ada cerita yang dibawakan, seperti cerita Cindua Mato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya. Randai ini bertujuan untuk menghibur masyarakat biasanya diadakan pada saat pesta rakyat atau pada hari raya Idul Fitri.
Randai ini dimainkan oleh pemeran utama yang akan bertugas menyampaikan cerita, pemeran utama ini bisa berjumlah satu orang, dua orang, tiga orang atau lebih tergantung dari cerita yang dibawakan, dan dalam membawakan atau memerankannya pemeran utama dilingkari oleh anggota-anggota lain yang bertujuan untuk menyemarakkan berlansungnya acara tersebut.
Sekarang randai ini merupakan sesuatu yang asing bagi pemuda-pemudi Minangkabau, hal ini dikarenakan bergesernya orientasi kesenian atau kegemaran dari generasi tersebut. Randai terdapat di pasisie (pesisir) dan daerah darek (daratan).
Pada awalnya Randai adalah media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat melalui gurindam atau syair yang didendangkan dan galombang (tari) yang bersumber dari gerakan-gerakan silat Minangkabau. Namun dalam perkembangannya, Randai mengadopsi gaya penokohan dan dialog dalam sandiwara-sandiwara, seperti kelompok Dardanela.
Randai pada awalnya adalah media untuk menyampaikan cerita-cerita rakyat, dan kurang tepat jika Randai disebut sebagai teater tradisi Minangkabau, walaupun dalam perkembangannya Randai mengadopsi gaya bercerita atau dialog teater atau sandiwara.

Description: http://padangbox.com/files/2009/10/Randai-Minang.jpg

Description: http://www.padangmedia.com/foto/foto_depan/randai%20pekan%20budaya%20-depan.jpg

Download
Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!