Jumat, 11 Februari 2011



Pada jaman Kerajaan – kerajaan di Indonesia mulai mengalami kemunduran dan keruntuhan, ada seseorang dari keturunan kerajaan mencoba mencari informasi mengenai sebab mundurnya dan runtuhnya kerajaan itu. Rombongan keturunan kerajaan itu pergi dengan menggunakan perahu karena menyebrangi sungai-sungai. Tetapi di sungai tersebut mengalami kekeringan dan akhirnya perahu tersebut terperangkap di sungai itu. Dan entah kemana rombongan keturunan kerajaan yang ada di perahu itu sampai saat ini. Kemudian cerita itu terdengar sampai kepada masyarakat diberi nama Ciparahu, yaitu tapak lalampahan rombongan keturunan Kerajaan (menak).

Ketika beberapa tahun kedepan, ada beberapa yang melihat sungai (kali) itu. Tetapi sebelah timur sungai (kali) Ciparahu, ada curug yang menyerupai tungku (Hawu) dalam bahasa jawa disebut Tumang yang menjadi keunikan sungai Ciparahu. Dan akhirnya sekitar daerah curug dinamai oleh masyarakat dengan sebutan Citumang, yaitu air curug yang menyerupai Tungku (Tumang).


Kemudian di bagian mata air sungai (kali),ada curug yang menumpang, dan ternyata dibalik curug tersebut ada air yang mengalir. Jadi, air itu datangnya tidak hanya dari atas tetapi dari bawah juga. Dan konon didekat curug itu ada binatang Uling (sidat besar) yang katanya berada di bagian dalam gua. Apabila Uling itu bergerak, bagian sekitar gua itu akan goyang. Ada yang menyebutkan juga, bahwa sumber air dalam gua berasal dari sungai Citanjong dari Gunung Porang perbatasan banjarsari. Mata air Gunung Porang itu barasal dari Gunung Keneng, dan mata air Gunung Keneng brasal dari daerah Bagolo. Disebutlah gua dan curug itu oleh masyarakat sebagai Kali Numpang (kali yang menumpang)

Beberapa tahun kedepan, banyak tokoh – tokoh masyarakat yang melihat keindahan sungai (kali) itu. Dan ada seorang tokoh yang berinisiatif untuk membuat bendungan dekat sungai Ciparahu. Tokoh masyarakat itu bernama H. Sobari berasal dari Karang Nangka. Pembuatan bendungan tersebut dengan menggunakan tali bola dan ilmu atau ajian yang dimilikinya. Dengan cara, menyelam kedalam air kurang lebih selama 2 jam dan membentangkan tali bola kedalam air. Karena jaman dulu belum ada teknologi canggih seperti jaman sekarang. Memang tidak masuk akal, tapi itulah kenyataannya.

Akhirnya sampai saat ini, bendungan itu masih ada dan sungai (kali) itu terkenal dengan sebutan Citumang serta Gua dan curug itu terkenal dengan sebutan Kali Numpang.

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!